Menurut Erick, kelemahan bangsa Indonesia selama ini lantaran selalu berpikir quick win padahal tengah menghadapi persaingan jangka panjang yang memerlukan kontinuitas.
"Kelemahan bangsa kita selalu ingin quick win, sprint. Tapi ketika maraton, kontinuitas kita terengah-engah karena pola pikir kita sendiri. Saya sangat berharap kerja sama ini jangan sampai hanya dilakukan karena saya tapi ini harus dipastikan siapa pun menterinya, harus tetap dijalani," lanjut Erick.
Erick juga mengajak generasi muda di BUMN dan universitas tidak takut melakukan inovasi dan riset. Erick mengaku sudah bertemu dengan KPK, BPK, BPKP, hingga Kejaksaan untuk memastikan keberlanjutan transformasi dan inovasi di BUMN. Erick menyebut proses riset tentu tidak selalu menghasilkan keberhasilan.
"Kalau dari 10 riset dan tujuh gagal, masa dipenjara? Namanya riset kan tidak selalu berhasil, yang penting tidak terima kickback dan uang untuk kepentingan pribadi," ungkap Erick.
Erick menilai pengembangan riset dan inovasi menjadi kunci utama dalam kemajuan bangsa ke depan. Erick tak ingin Indonesia meniru jejak Amerika Latin yang sempat diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi luar biasa, tapi tak terwujud lantaran tidak melakukan investasi pada anak muda, riset, perbaikan model bisnis, dan tidak adanya keseimbangan ekonomi.
"Transisi ini tidak panjang dan kita jangan melakukan kesalahan yang dilakukan Amerika Latin," kata Erick menambahkan.