EKBIS.CO, JAKARTA -- Untuk ketiga kalinya, pioner fintech lending Investree sukses menyelenggarakan konferensi tahunan Investree Conference 2021 (i-Con 2021) dengan mengusung tema “Revitalising SMEs to Support Faster and Resilient Economic Recovery” selama satu hari penuh pada Kamis (9/12), pukul 08.30-17.00 Wib secara daring/virtual dari kanal Zoom, Instagram, dan Youtube Investree. Acara digelar sebagai dukungan Investree pada revitalisasi Usaha Kecil Menengah (UKM).
Melalui delapan sesi diskusi yang digelar mengangkat topik kekinian dari industri digital serta inspiratif. Investree menunjukkan bagaimana revitalisasi bisnis UKM dapat terbangun selama masa pandemi melalui kolaborasi ekosistem keuangan digital dan upaya pemulihan ekonomi lainnya yang inovatif. Acara ini dibuka oleh Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi; sambutan utama dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, Teten Masduki; dan Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan, Tris Yulianta. Turut dimeriahkan oleh hiburan dari Angga Puradiredja (Maliq & d’Essentials). i-Con 2021 merupakan bagian dari Bulan Fintech Nasional 2021.
Berdasarkan paparannya saat membuka i-Con 2021, Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengemukakan optimismenya terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia. “Di tengah masa sulit ini, kami percaya semua orang terutama pelaku UKM dapat terus bertumbuh. Investree sendiri berkomitmen untuk membantu pelaku UKM bounce back, karena bersama kita bisa #GrowStron6er
sesuai tagline ulang tahun keenam Investree," ujar Adrian dalam siaran pers, Senin (13/12).
Data per kuartal 3 2021 menunjukkan, jumlah fasilitas pinjaman yang Investree berikan tumbuh secara year-on-year (YoY) sebesar 78 persen dari Rp 7,3 triliun pada 2020 menjadi Rp 13 triliun pada 2021. Tiga puluh persen kontribusinya berasal dari ekosistem kemitraan digital yang Investree bangun dan lakukan dengan berbagai rekanan strategis.
Selain itu, loan outstanding yang belum terbayarkan melalui platform Investree berkontribusi sebesar 8,3 persen terhadap loan outstanding produktif negara ini. Kami juga terus meningkatkan pertumbuhan basis pemberi pinjaman (lender) baik dari individu maupun institusi. Jumlah lender naik sebesar 64 persen YoY
menjadi 47 ribu dan memperkuat dukungan dari institusi keuangan solid.
Dalam menjalankan bisnisnya, Investree mengoptimalkan data dan teknologi untuk menghubungkan borrower dan lender secara terjangkau, cepat, dan efisien. Kini, Investree menjadikan bisnis pelaku UKM lebih mudah diakses dan terdigitalisasi dengan menghadirkan beragam solusi bisnis inovatif.
Salah satunya kolaborasi dengan Billtree, solusi digital untuk proses bisnis lebih mulus di mana pelaku UKM dapat memanfaatkan layanan faktur elektronik, cloud accounting, dan point of sales (POS) yang dimilikinya. Ada juga kolaborasi dengan AIForesee sebagai layanan penilaian kredit inovatif yang memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning untuk meningkatkan proses dan keluaran penilaian kredit UKM milik Investree agar lebih komprehensif.
Adrian turut menyorot kontribusi Investree terhadap pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui pembiayaan kolaboratif green financing. Contohnya adalah proyek pembiayaan hijau untuk distributor motor listrik, Gesits Bali Pratama, serta sokongan pendanaan bagi UKM high impact dari
lender institusi yang berfokus pada dampak sosial-ekonomi-lingkungan, responsAbility.
I-Con 2021 menyajikan sesi-sesi tentang tren terkini di industri keuangan digital dan upaya revitalisasi UKM. Dalam sesi 1 “Innovative SME Financing through Fintech Collaboration” bersama Blibli.com, OY! Indonesia, dan Investree, pembahasan bermula dari pain points yang seringkali dihadapi oleh pelaku UKM yaitu kesulitan mengakses pembiayaan dan mengefisiensikan proses bisnis lainnya seperti akuntansi dan pengelolaan karyawan.
Di sinilah para pembicara menjelaskan solusi bisnis yang ditawarkan oleh masing-masing perusahaan untuk meningkatkan akses pembiayaan sekaligus mengefisiensikan aktivitas bisnis agar semakin produktif. Tentunya jalan keluar tersebut tidak akan ada tanpa kerja sama antar anggota ekosistem digital.
Sesi 2, “Digitalization of SMEs to Scale Up Business”, para pembicara dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, wifkain, Paper.id, dan Kargo Technologies meyakini bahwa digitalisasi mampu membuat pengusaha rantai pasok tumbuh lebih kuat. Selain itu untuk mendorong digitalisasi pelaku UMKM dan UKM, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UKM, Rudy Salahuddin, mengatakan dengan mengimplementasikan UU Cipta Kerja, pelaku usaha besar, UKM, dan UMKM harus saling bermitra agar mereka dapat naik kelas dan mendigitalisasi bisnis mereka.
Dalam sesi 3 “The Impact of Financial Support for Ultra Micro Business”, dikupas tuntas dampak dari dukungan pembiayaan oleh fintech bagi pengusaha ultramikro bersama Kementerian Koperasi dan UKM, GMO Payment Gateway, Gayatri Microfinance, dan Dagangan.com.
Tenaga Ahli Staf Khusus Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, Vicky Simanjuntak, mengatakan dalam rangka mendukung pengembangan regulasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, mereka selalu melibatkan akademisi, sektor bisnis, lembaga keuangan, pemerintah, media, komunitas, dan
agregator untuk mempercepat realisasi regulasi tersebut. Sehingga manfaat positifnya bisa segera dirasakan bagi pengembangan UMKM.
Sesi 4 adalah “The Adoption of Innovative Credit Scoring through Artificial Intelligence to Expedite Financial Inclusion”. Platform penilaian kredit inovatif kini
mulai banyak bermunculan, salah satunya AIForesee. Layanan semacam ini membantu Lembaga Jasa Keuangan dalam memaksimalkan pemberian kredit kepada pelaku UKM.
Awalnya ada keraguan industri ini akan sulit berkembang di Indonesia karena belum ada peraturan khusus dari regulator yang melandasi. Tapi harapan muncul dalam pembahasan ini bahwa ke depannya, penilaian kredit inovatif akan bisa berkontribusi terhadap peningkatan akses kredit dan inklusi keuangan.