Sabtu 19 Mar 2022 12:08 WIB

BSI: Perbankan Syariah Tetap Tumbuh Meski Dihantam Pandemi

Direktur Utama BSI menyebut perbankan syariah tetap tumbuh kuat di tengah pandemi

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Christiyaningsih
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi (kanan) melihat salah satu produk UMKM seusai peluncuran dan peresmian BSI UMKM Center di Banda Aceh, Aceh, Rabu (29/12/2021). Direktur Utama BSI menyebut perbankan syariah tetap tumbuh kuat di tengah pandemi. Ilustrasi.
Foto:

Hal itu tentu tak lepas dari peran perbankan syariah. Sebab, ia menilai terdapat preferensi masyarakat yang kuat untuk memilih perbankan syariah. Hal itulah yang membuat bank syariah mampu melampaui perbankan konvensional dengan potensi pasar yang sangat besar. "Ini menjadi kekuatan yang solid dan berharga," katanya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan Indonesia terus menciptakan pengusaha muslim baru sekaligus ekosistem industri halal. Pasalnya, Indonesia telah memiliki Bank Syariah Indonesia yang menjadi pusat perbankan syariah nasional dan harus dimanfaatkan.

Erick menyebut ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh terus hingga 2045 yang akan menempatkan Indonesia menempati peringkat keempat ekonomi terbesar di dunia. Dengan kata lain, Indonesia akan menjadi negara ekonomi muslim terbesar di dunia.

Sementara itu, populasi muslim dewasa kelas menengah akan tumbuh dari 161 juta orang menjadi 184 juta orang. Dari segi pendapatan, pangsanya akan makin kuat dari 39 persen menjadi 57,6 persen.

"Namun ada yang menggelitik. Ketika bicara ekonomi keislaman, kita sangat konsumstif (produk halal) dan itu nomor empat terbesar di dunia tapi ketika bicara produksinya, lima besar pun tidak masuk. Jadi ada yang salah. Kita hanya tumbuh konsumsinya tapi produksinya tidak," kata Erick.

Di saat yang bersamaan, Indonesia sudah memiliki Bank Syariah Indonesia (BSI) yang menjadi bank terbesar nomor tujuh di Indonesia dengan total nilai aset Rp 265 triliun. Nilai pembiayaan BSI sepanjang 2021 mencapai Rp 171,2 triliun, naik 9,3 persen dari tahun sebelumnya.

"Pembiayaan tumbuh, tapi ketika kita benchmarking dengan Malaysia, (porsi) pembiayaan (syariah) itu sampai 50 persen sedangkan Indonesia baru 20 persen. Artinya ada yang salah," ujarnya

Karena itu, kata Erick, Indonesia harus memiliki peta jalan sendiri bukan peta jalan yang meniru Amerika Serikat atau China. Pemerintah tidak anti-asing tapi sudah seyogyanya pasar Indonesia yang besar dinikmati oleh masyarakat sendiri, bukan oleh bangsa lain.

Hal itu tentu membutuhkan pengusaha, termasuk pengusaha muslim yang didukung lewat pembiayaan syariah. "Tentu tidak cukup dengan mendorong BSI saja, dengan peta jalan sendiri, kita harus ciptakan pengusaha muslim baru, ekosistem industri halal, ini yang harus diutamakan. Namun kita terus kembangkan ekosistem di BUMN," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement