EKBIS.CO, JAKARTA-- Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini semakin membaik. Tercatat pada kuartal I 2022 ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, berbagai indikator perekonomian yang menunjukkan tren peningkatan, salah satunya PMI Manufaktur Indonesia meningkat ke level 51,9 pada April 2022. Artinya, angka ini menunjukkan konsistensi ekspansi sektor manufaktur nasional.
"Potensi penguatan pemulihan ekonomi nasional ke depan diperkirakan terus berlanjut. Sejumlah indikator dini (leading indicators) perekonomian terus menunjukkan tren yang menjanjikan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (10/5/2022).
Febrio menyebut, kualitas pemulihan ekonomi sampai kuartal I 2022 terus terjaga, ditunjukkan dengan perbaikan kondisi ketenagakerjaan nasional. Ekspansi sektor riil mendorong perbaikan kondisi ketenagakerjaan meski belum sepenuhnya pulih.
"Sejak Februari 2021, pemulihan ekonomi telah mampu menciptakan 4,55 juta lapangan kerja baru," kata dia.
Menurutnya, ada tiga sektor dengan kontribusi terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja antara lain pertanian (1,86 juta orang), industri pengolahan (0,85 juta orang), dan perdagangan (0,64 juta orang). Perbaikan kondisi tersebut berhasil menekan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,83 persen pada Februari 2022 dari 6,26 persen pada Februari 2021.
“Pemulihan ekonomi lebih lanjut diharapkan dapat mendorong pemulihan kondisi ketenagakerjaan yang lebih utuh, terutama pada kelompok pekerja yang terkena pengurangan jam kerja saat masa pandemi,” ucapnya.
Keberlanjutan pemulihan ekonomi yang semakin kuat juga diperkirakan terjadi pada Ramadan dan hari raya Idul Fitri, khususnya dari sisi konsumsi masyarakat. Tercatat kapasitas produksi terpakai manufaktur telah mencapai 72,45 persen pada kuartal I 2021.
“Angka ini tertinggi selama masa pandemi atau mulai mendekati rata-rata kapasitas produksi saat masa prapandemi sekitar 75,36 persen pada 2019 lalu,” ucapnya.
Sementara, di tengah konflik geopolitik yang tengah terjadi, permintaan ekspor atas produk manufaktur Indonesia khususnya produk berbasis komoditas mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan tren ekspansi tersebut, pembukaan lapangan kerja baru diharapkan semakin masif dan diiringi dengan peningkatan upah pekerja.
“Tren ini diharapkan dapat terus berlanjut, sehingga perekonomian nasional semakin kuat dan kokoh,” ucapnya.