EKBIS.CO, JAKARTA -- Akuntan publik yang juga CEO firma akuntansi SW Indonesia, Michell Suharli menanggapi isu yang beredar terkait hilangnya uang investasi Rp 600 miliar dari Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo). Isu itu berawal dari tuduhan yang beredar di WhatsApp bahwa GoTo telah menyulap pencatatan investasi Telkomsel senilai Rp 2,1 triliun yang hanya dibukukan Rp 1,47 triliun.
Dalam acara Talkshow, Polemik spesial "Isu investasi Telkomsel, Fakta atau Fintah?", Michell Suharli menyebut, tuduhan yang dipaparkan tersebut tidak tepat secara akuntansi.
Menurut Michell, informasi ini dapat ditemukan pada laporan keuangan (LK) konsolidasi GoTo 2021 (audited) dan laporan keuangan GoTo periode 31 Juli 2021 yang juga telah diaudit. Informasi ini pun dicantumkan pada prospektus GoTo sehingga bisa diakses, divalidasi dan diverifikasi kebenarannya oleh semua pihak. Tak ada yang ditutupi.
"Intinya sederhana. GoTo mencatat Pinjaman Konversi dari Telkomsel dengan Opsi Beli di bagian arus kas pendanaan pihak ketiga yang terbagi di dua pos berbeda yaitu Penerimaan Pinjaman Dari Pihak Ketiga dan Penerimaan dari Penerbitan Instrumen Keuangan Majemuk Lain-Lain (Liabilitas Derivatif) masing-masing sebesar Rp 1,47 triliun dan Rp 0,63 triliun, dengan total 150 juta dolar AS atau setara dengan Rp 2,1 triliun. Saya melihat itu terang benderang di Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan terkait," ujar Michell dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (14/7/2022).
Dari situ tambahnya bisa dilihat tidak ada yang aneh. Nilainya tetap sama, Rp 2,1 triliun. Tidak ada Rp 600 miliar raib, menguap atau tidak jelas.
Menurut Michell, keinginan GoTo untuk go public itu artinya mereka ingin masuk ekosistem yang transparan, akuntabilitas dan siap dianalisa. ada laporan keuangan berkala, dan tata kelola organisasi.
Ia juga membantah isu GoTo tak memiliki modal kerja mencukupi.
Michell mengatakan laporan keuangan merupakan media komunikasi yang mana laporan keuangan dari GoTo berasal dari dua akuntan, pertama dari akuntan manajemen yang persiapkan, dan akuntan publik yang mengaudit laporan tersebut.
"Laporan keuangan diaudit 2020 itu ada dana Rp 20 triliun, kemudian 2021 Desember itu Rp 31 triliun, kalau poinnya GoTo tak punya uang itu analisa offside. Secara arus kas cukup untuk modal kerja ataupun investment yang bersifat manageable," kata Michell menambahkan.