EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak para pelaku industri furnitur agar mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri. Peluang pasar tersebut dinilai semakin besar.
Teten mengatakan, industri furnitur dan kerajinan yang selama ini mengandalkan pasar ekspor harus mulai berbenah. “Di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, pasar ekspor akan mengalami gangguan dan industri furniture dan kerajinan harus mengubah haluan ke pasar dalam negeri,” kata dia dalam Musyawarah Nasional VII Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) di Jogja Expo Center, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti dilansir keterangan resmi, Rabu (24/8/2022).
Guna mendukung hal itu, Teten menegaskan pemerintah memiliki kebijakan belanja pemerintah sebesar 40 persen untuk produk UMKM. Angka tersebut setara dengan Rp 400 triliun tahun ini yang dapat dimanfaatkan oleh industri furnitur dan kerajinan.
"Industri furnitur bisa mengambil bagian di bidang penyediaan furnitur sekolah. Nilainya lumayan, ada Rp 54 triliun. Sebelumnya bangku sekolah harus SNI, tapi sekarang enggak perlu. Sekarang dipangkas. Kita akan optimalkan ini. Jadi mungkin tadi belanja pemerintah kita optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah," jelasnya.
Lebih lanjut, Teten menambahkan pemerintah sedang berbenah agar kebijakan ini dapat diserap dengan baik oleh para pelaku usaha khususnya untuk UMKM. Hal yang dapat dilakukan ialah memetakan kebutuhan pemerintah agar penyediaan produk pun dapat dilakukan secara maksimal.
"Kami berusaha sebelum masuk tahun baru, belanja pemerintah dipetakan kebutuhannya. Maka bisa tahu apa pengadaan pemerintah. Kalau mendadak kan tidak bisa," ujar dia.
Teten mengakui, nilai ekspor furnitur Indonesia pada kuartal I 2022 sudah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS. Jumlah ini dikatakan lebih tinggi 15,87 persen dari tahun sebelumnya pada periode sama.
Ekspor furnitur tersebut terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37 persen diikuti oleh furnitur rotan 7,24 persen, dan furnitur metal 3,95 persen dengan pangsa pasar Amerika Serikat. Dirinya berharap kegiatan ini mampu memberikan peta jalan pengembangan industri furnitur dan kerajinan yang strategis bagi UKM.
Pada tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asmindo Anggoro Ratmadiputro mengakui industri permebelan dan kerajinan memang menghadapi masalah cukup berat yang merupakan dampak pandemi berkepanjangan. Hal ini berkaitan dengan pasar ekspor yang terganggu akibat beragam hal seperti inflasi global, geopolitik, dan lain sebagainya.
"Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk hadapi situasi serius ini. Selama ini kita perhatikan pasar ekspor, saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi," kata Anggoro.
"Saya ingin sampaikan kita harus menyiapkan strategi untuk menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. Kita harus menggarap dengan serius pasar dalam negeri karena masih dikuasai impor. Oleh karena itu harus dilirik ini dan tentu tanpa kerja sama dengan pemerintah tidak akan berhasil. Kita ingin produk anak negeri jadi tuan di negeri sendiri," tuturnya.