Sabtu 27 Aug 2022 12:40 WIB

NFA: Sistem Resi Gudang Perkuat Tata Kelola Stok Pangan

Komoditas yang sudah masuk dalam sistem resi gudang dinominasi gabah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
BUMN Holding ID Food merealisasikan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) komoditas gula pertama di Indonesia. Realisasi ini secara terpusat dilaksanakan di Pabrik Gula (PG) Krebet, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (26/8/2022).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
BUMN Holding ID Food merealisasikan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) komoditas gula pertama di Indonesia. Realisasi ini secara terpusat dilaksanakan di Pabrik Gula (PG) Krebet, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (26/8/2022).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Penerbitan sistem resi gudang sangat penting untuk mengendalikan stok, masa simpan dan penjualan produk. Implementasi resi gudang di sektor pangan dapat dimanfaatkan dalam memastikan jumlah ketersediaan produk untuk mendukung stabilisasi harga pangan.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, mengatakan, implementasi SRG ini merupakan hasil kolaborasi antara NFA, Holding BUMN Pangan ID FOOD, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai regulator dan pengawas SRG, dan Bank BJB. Arief mengatakan, penerapan SRG sejalan dengan tugas dan fungsi Badan Pangan Nasional dalam menetapkan kebijakan stabilisasi harga dan distribusi pangan serta penetapan jumlah cadangan pangan pemerintah.

Baca Juga

"Kami mengapresiasi keberhasilan ID FOOD Group dalam penerbitan resi gudang. Ini adalah bukti bahwa ID FOOD memiliki pengelolaan sistem manajerial dan teknis yang baik sehingga mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak seperti Bank BJB dalam hal dukungan pembiayaan sistem resi gudang. Ke depannya, diharapkan semakin banyak kolaborasi positif seperti ini pada sektor pangan," ujarnya dalam keterangan resmi, akhir pekan ini.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, komoditas pangan yang telah masuk dalam SRG masih didominasi gabah sebesar 21.761 ton, beras 13.128 ton, gula 6.750 ton, dan lainnya. Arief berharap, pemanfaatan SRG di masa mendatang semakin meningkat agar pasokan pangan dapat dijaga dengan baik, stabil dan tidak terjadi gejolak harga baik di petani maupun konsumen.

“Untuk gula sendiri yang telah masuk dalam SRG sebanyak 6.750 ton, kedepannya kita akan dorong terus, khususnya PTPN dan ID FOOD, untuk menambah kuantitasnya, sehingga dapat menjadi cadangan stok untuk stabilisasi harga,” paparnya.

Arief mengatakan, penerapan SRG sangat penting untuk memperkuat ekosistem pangan nasional. SRG berfungsi sebagai manajemen stok, efisiensi rantai pasok, serta dapat digunakan sebagai instrumen untuk menstabilkan harga. Selain itu, SRG juga berfungsi sebagai sarana pembiayaan, sehingga dapat mendukung permodalan bagi petani dan pelaku usaha di sektor pangan.

“Di sektor gula, pembiayaan SRG merupakan salah satu instrumen untuk memaksimalkan penyerapan produksi gula petani yang dapat didistribusikan pada wilayah yang memerlukan ataupun disimpan di gudang untuk mengantisipasi gejolak harga,” ujar Arief.

Sebagai salah satu komoditas pangan strategis, stabilitas gula menjadi perhatian pemerintah. Presiden Joko Widodo meminta agar ada perbaikan tata kelola gula yang holistik dari hulu ke hilir untuk mewujudkan swasembada gula mulai dari peningkatan produksi dan produktivitas tanam tebu, perbaikan fasilitas pabrik gula, hingga kepastian jaringan distribusi gula.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement