EKBIS.CO, JAKARTA -- Merespons ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin (bps) dalam waktu dekat, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mulai melakukan berbagai langkah mitigasi. Adapun kenaikan bunga bank sentral Amerika Serikat, akan diikuti kenaikan bunga acuan Bank Indonesia.
Anggota Himbara, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk perseroan telah memperkirakan peningkatan suku bunga The Fed hingga kenaikan harga BBM serta komoditas lainnya. Perseroan pun melakukan efisiensi melalui otomatisasi dan digitalisasi.
Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan perseroan juga telah melakukan perbaikan proses bisnis dan menerapkan strategi segmentasi konsumen yang lebih baik.
“Kami telah melakukan berbagai strategi mitigasi berupa efisiensi dan penyaluran kredit yang prudent, sehingga kinerja kami on-track dan sampai akhir tahun tidak ada perubahan rencana bisnis bank,” ujarnya kepada Republika, Jumat (9/9/2022).
Setiyo menyebut strategi lainnya yang juga dilakukan perseroan yakni perbaikan sisi cost of fund (CoF). “Dalam satu tahun terakhir, BTN telah menurunkan CoF hingga sekitar 120 basis poin sehingga ini memperbaiki penawaran bunga ke nasabah kami,” ucapnya.
Ke depan perseroan masih optimistis memandang pertumbuhan ekonomi ke depan, terutama di tengah penanganan pandemi yang semakin terkendali. Hal ini mengingat kebutuhan akan rumah pun masih menunjukkan peningkatan.
“Kami perkirakan dengan ekonomi dan pandemi yang terkendali serta membaik, serta beberapa sektor telah kembali normal, maka kredit akan tetap sesuai target awal akan tumbuh kisaran sembilan sampai 10 persen,” ucapnya.
Anggota Himbara lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyebut normalisasi moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed yang lebih hawkish terutama kenaikan suku bunga akan memengaruhi sektor eksternal Indonesia, khususnya arus pasar modal.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan The Fed terus mengambil langkah yang lebih agresif dalam memerangi inflasi dalam beberapa pertemuan belakangan ini.
"Situasi tersebut telah meningkatkan risiko terhadap posisi cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah," ucapnya.
Menurutnya potensi tersebut tetap ada meski kinerja ekspor cukup baik di tengah harga komoditas yang tinggi dan memungkinkan Indonesia untuk menjalankan serangkaian surplus perdagangan yang besar.
The Fed terus menaikkan suku bunga kebijakan atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 75 basis poin (bps) dari 1,5 persen sampai 1,75 persen menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Juli 2022, yang mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi sejak 2019 atau sebelum pandemi. Adapun langkah tersebut diambil dengan latar belakang pasar tenaga kerja yang sangat ketat dan inflasi yang terlalu tinggi.
Meski demikian, Faisal menuturkan Otoritas AS menegaskan kembali kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target suku bunga akan sesuai, yang akan melanjutkan proses pengurangan ukuran neraca secara signifikan. Indikator belanja dan produksi di Negeri Paman Sam baru-baru ini telah melunak dan inflasi tetap jauh di atas tujuan jangka panjang, yakni dua persen.