EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Komodo Armament Indonesia menampilkan beberapa produk unggulannya, yakni senjata serbu yang terbuat dari polymer dan alumunium serta magasin amunisi kaliber kaliber 5,56 x 45 mm. Industri pertahanan (indhan) swasta asal Bekasi, Jawa Barat ini menyebut, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada hasil produknya mencapai 82,5 persen.
Jumlah TKDN itu melebihi ambang batas yang diinginkan Pemerintah Indonesia untuk industri alat pertahanan, yakni sebesar 40 persen. Direktur Utama PT Komodo Armament Indonesia, Dananjaya A Trihardjo mengatakan, pihaknya memproduksi seluruh bagian atau part yang ada pada senjata itu di pabriknya yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.
"Kami memiliki TKDN sekitar 82,5 persen. Jadi part-partnya sampai plastik-plastiknya kami produksi semua di pabrik," kata Dananjaya kepada wartawan disela-sela pameran Indo Defence 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (2/11/2022).
Dananjaya menjelaskan, sejak didirakan pada 2016 lalu, perusahaannya memiliki konsep pabrikan senjata serbu dan amunisi polymer, propelan dan pendukungnya yang bisa dimobilisasi ke seluruh Indonesia dalam jangka waktu yang cepat. Dia menyebut, pabrik tersebut dimasukan ke dalam kontainer-kontainer sehingga bisa dipindahkan ke mana saja dengan singkat.
"Jadi pabrik itu dengan waktu yang sangat cepat, 48 jam bisa diloading ke dalam kontainer bisa kami pindahkan ke semua destinasi yang ada di Indonesia," ungkap dia.
Ia mengungkapkan, untuk skala produksi, dengan 14 kontainer pihaknya mampu membuat sebanyak 5 ribu pucuk senjata serbu per tahun. Kemudian, memproduksi dua juta amunisi polymer, magasin, propelan maupun pendukung lainnya.
Dananjaya menegaskan, senjata serbu buatan perusahaannya yang diberi nama Komodo D5 dan amunisi polymer kaliber 5,56 x 45 mm tersebut telah mendapatkan sertifikasi. Hal ini berdasarkan hasil uji kelaikan dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat (Dislitbangad) di Bandung, Jawa Barat, serta Kemenhan.
Meski demikian, Dananjaya mengaku, belum ada user yang menggunakan produk perusahaannya. "Belum. Sampai saat ini sejak sertifikasi dan kelaikan, belum ada user yang menggunakan produk kami," ujarnya.
Padahal, menurut dia, kualitas senjata serbu dan amunisi polymer buatan perusahaannya pun tak kalah dari produk impor. "Tidak semua produksi dalam negeri kualitasnya di bawah yang impor. Ini belum dicoba saja, kalau memang belum dicoba ya kita tidak akan bisa tahu sampai sejauh mana kekuatan senjata itu fungsinya," jelas dia.
Ia pun yakin produknya dapat bersaing dengan alutsista produksi pabrik lainnya. Sebab, senjata serbu dan amunisi yang dihasilkan perusahannya dinilai memiliki kualitas yang mumpuni.
"Saya tidak ragu kalau senjata ini juga berkualitas senjata impor. Karena apa yang dilakukan dalam waktu yang sudah kita tembakan di Litbang AD itu, itu kalau senjata yang tidak punya kualitas tinggi, itu bisa dibilang tidak akan lulus Litbang AD," katanya.
Dananjaya melanjutkan, industri pertahanan swasta, terutama yang tergabung Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantannas), sampai saat ini belum dirangkul oleh pemerintah untuk ikut serta dalam pengadaan alutsista dalam negeri. Hal ini yang juga dirasakan oleh PT Komodo Armament Indonesia.
Dia pun berharap agar pemerintah, khususnya Kemenhan dapat memperhatikan keberadaan industri pertahanan swasta dalam negeri. Sehingga mereka bisa turut berperan dalam membuat alutsista yang mumpuni bagi Indonesia.
"Harapan saya dan juga teman-teman Indhan lain itu, kami itu dibina, diayomi, kalau memang perlu dikoreksi ya dikoreksi. Tapi sayang kalau industri-industri pertahanan yang di bawah Pinhantannas ini tidak diajak untuk melakukan kontribusi kepada pembuatan alutista dalam negeri," tutur dia.