Rabu 08 Feb 2023 14:29 WIB

AS Gagas Friendshoring, Indonesia Punya Peluang

Friendshoring untuk melindungi rantai pasok dari sejumlah ancaman gangguan global.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Tangkapan layar Presiden International Tax and Investment Center (ITIC) Daniel Witt menjelaskan peluang Indonesia dalam friendshoring yang digagas AS untuk melindungi rantai pasok dari sejumlah ancaman dalam Webinar Indef, Rabu (8/2/2023).
Foto: Dok Republika
Tangkapan layar Presiden International Tax and Investment Center (ITIC) Daniel Witt menjelaskan peluang Indonesia dalam friendshoring yang digagas AS untuk melindungi rantai pasok dari sejumlah ancaman dalam Webinar Indef, Rabu (8/2/2023).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pada April 2022, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyampaikan gagasan mengenai friendshoring untuk melindungi rantai pasok dari sejumlah ancaman gangguan seperti salah satunya perang Rusia-Ukraina. Pusat Pajak dan Investasi Internasional Presiden (ITIC) Daniel Witt menilai Indonesia memiliki peluang dalam melakukan friendshoring.

"AS ingin bekerja sama dengan negara sekutu dan mitra terpercaya untuk membangun rantai pasok yang tangguh dan memanfaatkan standar serta manufaktur yang tinggi dalam produksi," kata Presiden International Tax and Investment Center (ITIC) Daniel Witt dalam Webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rabu (8/2/2023).

Baca Juga

Agar biaya produksi lebih murah, friendshoring dilakukan dengan memindahkan bisnisnya ke wilayah yang lebih murah biaya dan tenaga kerjanya. Atau memindahkan bisnis tersebut ke wilayah yang memiliki bahan baku lebih murah.

Dalam prosesnya, Witt mengatakan kerja sama tersebut tetap menargetkan dengan standar dan kualitas yang tinggi. "Tentu saja ini merupakan inisiatif dan itu sangat cocok untuk Indonesia," ucap Witt.

Terlebih, Witt menilai Indonesia sudah menjadi mitra berharga bagi Amerika Serikat. Selain itu, Witt mengatakan Presiden Joko Widodo juga sudah mencanangkan hilirisasi industri sejak 2017.

Witt melihat hal tersebut sebagai sebuah inisiatif besar untuk membangun pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan hilirisasi industri. Dia mengatakan, Indonesia juga menginginkan lebih banyak produksi dan nilai tambah.

"Saya pikir ada pertemuan besar antara hilirisasi Anda (Indonesia) dan friendshoring. Satu sisi dari penawaran, yang lain dari sisi permintaan pasar atau kerja sama lebih lanjut dalam memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan antar negara kita," ungkap Witt.

Saat ini, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga menargetkan hilirisasi industri di delapan sektor dan 21 komoditas untuk meningkatkan nilai tambah ekspor Indonesia. Delapan sektor prioritas itu adalah sektor mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.

Diperkirakan seluruh sektor tersebut mampu menghasilkan total nilai investasi sebesar 545,3 miliar dolar AS. Jika dirinci, mineral dan batubara mencapai 427,1 miliar dolar AS, minyak dan gas bumi senilai 67,6 miliar dolar AS, dan sektor perkebunan, kelautan, perikanan, serta kelautan memiliki proyeksi nilai investasi sebesar 50,6 miliar dolar AS.

"Ini adalah angka yang tidak sedikit, ini angka yang fantastis. Tapi ini adalah salah satu syarat untuk negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju," kata Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement