Dalam kesempatan yang sama, Analis Kementerian Perdagangan (Kemendag), Dwinanto, mengatakan, ke depan bakal banyak interaksi antara pemerintah Indonesia dan Cina untuk membuka kerja sama perdagangan dan investasi. Situasi global dunia yang dinamis pasca pandemi membutuhkan adanya kerja sama bilateral untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan perdagangan.
"Mau tidak mau, kita akan mengarah dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dengan banyak negara," kata dia.
Di sisi lain, ia mengungkapkan, pemerintah Indonesia juga bakal semakin gencar mempromosikan produk-produk bernilai tambah ke pasar Cina melalui ITPC Shanghai. Termasuk produk yang dihasilkan oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di satu sisi, pemerintah siap memfasilitasi para pelaku usaha Indonesia untuk mengikuti agenda pameran di Cina.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2022, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Cina. Nilai ekspor ke Cina sebesar 63,55 miliar dolar AS sementara impor mencapai 67,16 sehingga defisit sekitar 3 miliar dolar AS. Kendati demikian, tren defisit dagang itu terus mengecil dari tahun-tahun sebelumnya.
"Setelah pandemi ini kita harapkan ekspor kita ke Cina lebih meningkat karena banyak produk-produk kita yang diminati oleh masyarakat Cina," ujarnya.