Selasa 22 Aug 2023 13:32 WIB

Barantin Bentukan Jokowi Bisa Setara Lembaga di Australia dan AS, Asal...

Peran strategis Barantin kedepan harus menjadi lebih kuat dalam pelaksanaan SPS-WTO

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Personel Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian membuka kontainer berisi cabai kering saat dilakukan sidak terkait impor hortikultura (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Personel Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian membuka kontainer berisi cabai kering saat dilakukan sidak terkait impor hortikultura (ilustrasi)

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Keputusan Presiden Joko Widodo menggabungkan badan karantina ke dalam satu lembaga menjadi Badan Karantina Indonesia (Barantin) dinilai sebagai langkah tepat. Adanya lembaga baru itu memungkinkan karantina untuk mengembangkan diri menjadi lebih besar dan lebih baik. 

Guru Besar bidang Entomologi Fakultas Pertanian UGM, Andi Trisyono, mengatakan jika dijalankan dengan baik sesuai dengan mandat yang ada ke depan bisa setara dengan lembaga perkarantinaan yang ada di Australia ataupun Amerika Serikat. Hal ini karena badan ini mempunyai ruang lingkup tupoksi yang besar dan langsung bertanggung jawab kepada presiden. 

"Lembaga karantina yang sekarang membuka peluang bagi teman-teman di karantina berbenah diri serta mengembangkan karier dan profesionalitas dalam kerangka melindungi negeri dari bahaya penyakit hewan, hama penyakit tumbuhan (Organisme Pengganggu Tumbuhan), hama penyakit ikan," ujarnya dalam keterangan tulis, Selasa (22/8/2023).

Andi yang juga anggota Food and Agriculture Organization (FAO) Expert Panel on Pesticide Management mencontohkan hal yang memudahkan untuk membangun karantina ke depan merupakan salah satunya dengan meningkatkan kemampuan pejabat fungsional karantina. Hal ini untuk mendalami satu spesies Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang sudah ditetapkan dalam daftar OPTK, sehingga tidak berhenti sampai pada daftar saja, namun kemudian diikuti bagaimana perkembangan OPTK tersebut di negara lain dan seberapa besar risiko bagi Indonesia. 

Dengan cara tersebut akan ada banyak ahli yang sudah siap dengan pengetahuan dan mungkin pengalaman untuk mengantisipasi atau mencegah masuknya OPTK ke dalam wilayah Indonesia.

"Organisasi dunia seperti FAO juga banyak memerlukan orang-orang yang memiliki kompetensi spesifik seperti ahli hama penyakit tumbuhan, hewan, ikan. Saya berharap suatu saat dapat diisi dari teman teman karantina," ucapnya. 

Dia menilai akan terbuka juga peluang untuk menyusun dan mengusulkan International Standards for Phytosanitary Measures (ISPM) sesuai dengan konteks Indonesia serta terkait dan selaras dengan keamanan pangan, kesehatan, dan perdagangan dunia. Menurutnya, peran strategis Barantin kedepan harus menjadi lebih kuat sebagai negara berdaulat dalam kerangka pelaksanaan ketentuan SPS-WTO dalam perlindungan keselamatan, kesehatan manusia, hewan, ikan dan tumbuhan sekaligus sebagai economic tool perdagangan dunia yang sangat penting. 

"Kita tidak ingin menjadi negara yang ketergantungan produk impor, harus ada keseimbangan/balance bahkan menjadi negara pengekspor surplus berbagai produk pertanian dan turunannya ke berbagai negara," ucapnya.

Jadi kalau dilihat ruang lingkup dan peran perkarantinaan di tingkat nasional maupun internasional menjadi semakin besar. Ditambah dengan fenomena perubahan iklim dan pemanasan global maka masalah hama penyakit tumbuhan (OPT dan OPTK), hama dan penyakit hewan, ikan juga akan mengalami perubahan dan adaptasi yang dinamis seluruh belahan dunia. 

Satu contoh kasus beberapa tahun yang lalu semua negara dihebohkan dengan merebaknya hama ulat Spodoptera frugiperda pada pertanaman jagung beberapa negara, sehingga FAO turun tangan bekerja sama dengan semua negara. Oleh karena itu, dia berharap Karantina lebih berperan aktif dalam pencegahan dan eradikasi dalam kawasan karantina jika terjadi wabah OPTK. 

Menurutnya, fenomena yang terjadi menuntut profesionalitas dan kompetensi yang semakin tinggi. Spesialisasi dan keahlian khusus di masing-masing bidang teknis akan menjadi dasar kuat untuk pengembangan Barantin ke depan. 

Kebijakan dan pengambilan keputusan perkarantinaan didasarkan pada justifikasi ilmiah sehingga orang-orang Barantin harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi, pengetahuan, dan ilmu terbaru. 

Adanya tantangan ke depan yang semakin berat, Andi berharap Barantin dipimpin oleh orang yang profesional, pejabat karir bukan politisi atau yang lainnya. 

“Memiliki pemahaman teknis karantina yang mumpuni, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu update. Situasi dunia, ilmu pengetahuan terus berkembang. Kita tidak ingin karantina menjadi follower, tapi berharap karantina Indonesia semakin diperhitungkan dan menjadi trend setter percaturan dunia,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement