EKBIS.CO, JAKARTA -- Saat ini tengah muncul isu Indonesia akan bergabung kelompok negara-negara berkembang terdepan dunia yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS. Hal itu diperkuat dengan hadirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam KTT BRICS yang kini tengah berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan.
Jika isu tersebut terjadi, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai akan membuka peluang untuk menjalankan beragam agenda strategis. "Ini termasuk di dalamnya yang seperti meluaskan pangsa pasar ekspor alternatif di luar China dan juga India," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Selasa (22/8/2023).
Dia menjelaskan, anggota yang tergabung dalam BRICS merupakan negara emerging market. Menurutnya, negara-negara tersebut menguasai sekitar 30 persen dari total PDB global.
"Sehingga dari sana saja kita bisa melihat strategisnya kelompok negara ini untuk digunakan Indonesia mencapai beberapa agenda strategis," ucap Yusuf.
Untuk perdagangan global misalnya, Yusuf menyebut dengan bergabungya Indonesia dengan BRICS bisa memperkuat hubungan dagang dengan Rusia. Begitu juga dengan Brasil dan Afrika Selatan yang secara share belum begitu besar.
"Artinya masih ada ruang bagi Indonesia untuk meningkatkan share hubungan hubungan dengan internasional dengan kedua negara tersebut," jelas Yusuf.
Apalagi, kata dia, hal terdebut relevan dengan upaya Indonesia untuk melakukan diversifikasi pangsa pasar ekspor di luar China. Selain itu, jika Indonesia bergabung maka secara politik internasional global bisa menjadi contoh agar negara-negara mulai mengedepankan hubungan.
"Ini bisa jadi contoh bagi negara lain jangan yang hanya menguntungkan kedua belah pihak. Apalagi di tengah memburuknya kondisi geopolitik global yang dipicu konflik Rusia dan Ukraina," ungkap Yusuf.
Jika Indonesia bergabung BRICS, maka....