Sabtu 14 Oct 2023 19:02 WIB

Petani Pesimistis Hasil Panen Gabah Awal Tahun 2024 Bakal Optimal

Kebijakan impor beras jelas akan memukul harga di tingkat petani.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Sejumlah penduduk memisahkan jerami dan bulir gabah sisa panen di lahan persawahan kawasan Gedebage, Kota Bandung, Senin (9/10). Mereka mencari gabah sisa panen padi yang masih tertinggal di jerami atau jatuh di lahan persawahan. Hasilnya untuk di konsumsi sendiri, atau dijual kalau banyak.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Sejumlah penduduk memisahkan jerami dan bulir gabah sisa panen di lahan persawahan kawasan Gedebage, Kota Bandung, Senin (9/10). Mereka mencari gabah sisa panen padi yang masih tertinggal di jerami atau jatuh di lahan persawahan. Hasilnya untuk di konsumsi sendiri, atau dijual kalau banyak.

EKBIS.CO,   JAKARTA -- Iklim kemarau ekstrem El Nino yang terjadi beberapa bulan terakhir mengakibatkan gangguan produksi gabah nasional tahun ini. Dampak negatif dari El Nino diperkirakan masih akan terasa hingga musim panen pertama awal tahun depan.

Sekretaris Jenderal Alinasi Petani Indonesia (API), M Nuruddin, menjelaskan, El Nino menyebabkan musim penghujan tidak merata di wilayah-wilayah sentra. Hal itu lantas menyebabkan musim tanam yang biasanya dimulai pada bulan Oktober ini tak bisa serentak. 

“Ketika jadwal tanam tidak sama, panen juga tidak sama antar wilayah bahkan dalam satu kecamatan. Itu bisa menyebabkan serangan hama penyakit,” kata Nuruddin kepada Republika.co.id, Sabtu (14/10/2023). 

Ia mengatakan, berbagai hama penyakit yang timbul akibat periode tanam dan panen yang tak serentak sudah diketahui oleh para penyuluh pertanian. Serangan hama secara signifikan dapat menurunkan tingkat produktivitas gabah yang bisa berdampak langsung pada turunnya produksi beras. 

Oleh karenanya, ia meminta perlunya perhitungan secara matang oleh pemerintah dalam mengantisipasi berbagai potensi penurunan produksi yang bisa terjadi. 

API juga meminta agar Kementerian Pertanian bersama PT Pupuk Indonesia memastikan betul ketersediaan pupuk subsidi maupun non subsidi. Nuruddin meminta agar tak ada lagi masalah kelangkaan ataupun kekurangan pasokan pupuk ketika petani butuh untuk melakukan penanaman padi. 

Musim panen awal tahun biasanya akan dimulai pada bulan Februari hingga Mei. Panen awal tahun atau yang biasa disebut musim rendeng merupakan puncak produksi beras nasional yang ikut menentukan ketahanan pasokan pangan dalam setahun ke depan. 

Menurutnya, hal itu juga yang mendasari pemerintah mengambil opsi untuk membuka keran impor beras dua juta ton pada tahun depan. Selain beras pasokan yang tersedia, harga beras impor juga lebih murah sehingga dipilih pemerintah untuk menjadikan impor sebagai stok cadangan. 

Meski demikian, Nuruddin menegaskan kebijakan impor beras jelas akan memukul harga di tingkat petani. Sebab, beras-beras impor itu biasanya akan digunakan untuk menyalurkan bantuan sosial dalam jumlah besar dan yang menurunkan tingkat permintaan beras dalam negeri. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement