Sabtu 12 Oct 2024 02:34 WIB

Babak Belur Ekonomi Israel Setelah Setahun Serang Gaza, Ancaman Kemiskinan Menghantui

Sejak 7 Oktober, pariwisata juga menurun drastis.

Red: Ahmad Fikri Noor
Polisi memeriksa kerusakan di lokasi ledakan yang diduga oleh Drone di Tel Aviv, Israel,Jumat (19/7/2024). Dikabarkan satu orang tewas dan delapan yang lain terluka dalam ledakan yang diduga disebabkan oleh serangan Drone.
Foto:

Di Tel Aviv, yang dianggap sebagai pusat ekonomi Israel, pembangunan terhenti, sehingga gedung pencakar langit dan proyek transportasi tidak tuntas. Sejak 7 Oktober, pariwisata juga menurun drastis, karena perang yang sedang berlangsung telah menghalangi wisatawan dan peziarah religius.

Dari Januari hingga Juli 2024, Israel menerima 500.000 wisatawan, hanya seperempat dari jumlah tersebut dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut Kementerian Pariwisata.

Menurut Bendelac, selama dua puluh tahun terakhir, Israel sangat bergantung pada konsumsi kredit. Namun, keluarga pemukim tidak mampu melunasi utang dan pinjaman mereka, terutama di tengah situasi saat ini.

Ia memperingatkan bahwa biaya hidup yang tinggi, dikombinasikan dengan perlambatan ekonomi, pasti akan menyebabkan peningkatan kemiskinan. Organisasi kemanusiaan telah menyaksikan meningkatnya permintaan akan layanan mereka, dengan munculnya individu-individu baru dalam jalur distribusi makanan.

Misalnya, di tempat parkir pusat perbelanjaan di Rishon Lezion, LSM Pitchon-Lev menyediakan keranjang buah, sayur, dan daging gratis dua kali seminggu. Pendirinya, Eli Cohen menyatakan bahwa sejak perang dimulai, organisasi tersebut telah melipatgandakan kegiatannya, dan kini telah mendukung hampir 200.000 keluarga di seluruh wilayah pendudukan.

Penerima manfaat bantuan itu termasuk individu muda, keluarga dengan suami yang bertugas sebagai tentara cadangan, banyak mantan donor, dan semua orang yang dievakuasi dari permukiman utara karena kebakaran di garis depan utara.

 
photo
Ratusan Massa dari Yayasan Konsumen Muslim Indonesia dan Gerakan kebangkitan produk nasional turut serta dalam aksi solidaritas Palestina. dengan memboikot produk terafiliasi Israel di depan kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, Sabtu (9/3/2024). - (Dok Republika)

Mengenai prospek pemulihan, Bendelac mencatat biasanya memang ada pemulihan ekonomi yang kuat setelah berakhirnya perang. Namun, ia memperingatkan bahwa semakin lama perang ini berlanjut, pemulihan akan semakin lambat dan lebih menantang.

Gerakan boikot global, termasuk di Indonesia, menyasar produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Daftar produk ini pun sudah dikeluarkan oleh lembaga seperti BDS Movement dan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI).

YKMI juga mendorong masyarakat untuk terus menguatkan gerakan boikot di Tanah Air. "Dari 10 merek yang kami rekomendasikan untuk diboikot, itu pun masih belum efektif. Begitu pun dengan konsolidasi dengan merek nasional yang akan menjadi penggantinya. Yang selama ini telah muncul pun itu masih bersifat spontan," kata Juru Bicara YKMI, Megel Jekson. 

Dia menyebut, 10 merek itu yakni, Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King, dan Kurma Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement