Kendati prospeknya cukup diwaspadai, Perry optimistis ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh dan mampu menangkis segala tantangan akibat ketidakpastian global yang terjadi ke depan.
“Dunia masih terus bergejolak, akankah Indonesia berdaya tahan seperti selama ini? Kita harus optimis, mari kita perkuat sinergi untuk melindungi negara, bangsa, dan rakyat dari gejolak global,” kata Perry.
Perry mengatakan, perlunya memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional, khususnya dalam lima area penting. Kelima area urgent itu adalah sinergi memperkuat stabilitas makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan, sinergi mendorong permintaan domestik khususnya konsumsi dan investasi, dan sinergi meningkatkan produktivitas dan kapasitas ekonomi nasional.
Lalu, sinergi pendalaman keuangan untuk pembiayaan perekonomian serta sinergi digitalisasi sistem pembayaran dan ekonomi keuangan digital nasional.
“Stabilitas sangatlah penting bagi negara manapun untuk bisa tumbuh tinggi. Kredibilitas Indonesia diakui secara internasional sebagai negara dengan disiplin tinggi, itulah kunci ketahanan menghadapi gejolak global,” tuturnya.
Lebih lanjut, Perry mengatakan, sinergi fiskal dan moneter yang sangat erat perlu semakin diperkuat ke depan, dalam pengendalian inflasi, defisit fiskal, dan stabilitas rupiah. Juga dalam penerbitan surat berharga negara (SBN) serta operasi moneter BI, dan efektivitas peraturan deposito devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).
Perry menekankan perlunya sinergi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di dalam menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus implementasi Undang-Undang P2SK (Pengembangan dan Penguatan Sistem Keuangan). Serta dalam pengawasan dan resolusi permasalahan lembaga keuangan, pendalaman pasar keuangan, literasi keuangan, dan perlindungan konsumen.
Perry melanjutkan, di sektor riil, ia menyoroti pentingnya memperhatikan perkembangan konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Khususnya golongan masyarakat menengah ke bawah yang perlu didukung dengan perlindungan sosial dan penciptaan lapangan kerja.
“Sektor padat karya perlu menjadi prioritas pemerintah, hilirisasi pertanian dan perikanan, perumahan khususnya perumahan rakyat, UMKM, ekonomi kreatif, dan pariwisata. Hilirisasi pangan pencipta lapangan kerja yang besar, mendukung pengendalian inflasi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan tinggi mengharuskan pula transformasi di ekonomi di sektor riil,” terangnya.
Ia mengatakan, produktivitas perlu dinaikkan lebih tinggi. Sedangkan, tingginya biaya investasi perlu diturunkan untuk mengejar ketertinggalan penanaman modal asing (PMA) dari negara tetangga. Sehingga modal perlu dinaikkan dengan perbaikan iklim investasi.
“Produktivitas dikejar dengan infrastruktur dan rantai masuk nasional ke global. Di sisi ekonomi, sistem pembayaran, jasa keuangan dan perkantoran juga bisa menaikkan produktivitas. Dengan sinergi kelima kebijakan transformasi ekonomi nasional tersebut, ekonomi Indonesia InsyaAllah bisa tumbuh lebih tinggi, stabilitas makro ekonomi terjaga,” tegasnya.
Perry juga menekankan bahwa BI mendukung 40 proyek pemerintah dalam Asta Cita yang akan mendorong kapasitas dan produktivitas ekonomi nasional ke depan, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi melalui peningkatan modal serta penyerapan tenaga kerja.
“Kami di BI berkomitmen untuk semakin memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah, KSSK dan berbagai pihak. Memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional, mencapai pertumbuhan tinggi menuju Indonesia Emas. Pada tahun 2025 dengan berlanjutnya gejolak global, kebijakan moneter akan tetap pada stabilitas dengan terus mencermati ruang untuk mendorong pertumbuhan, yang kami sebut pro-stability and pro-growth,” jelasnya.