Sabtu 08 May 2010 02:43 WIB

Awas, Serangan Wereng Kian Mengkhawatirkan

Rep: EH Ismail/ Red: Budi Raharjo
Petani menyemprot anti hama
Foto: Anis Efizudin/Antara
Petani menyemprot anti hama

JAKARTA--Sudah sekitar 10 tahun hama wereng coklat tidak menjadi organisme pengganggu tanaman yang mengkhawatirkan bagi lahan persawahan di Indonesia. Namun, tahun ini tampaknya hama wereng coklat kembali menjadi organisme pengganggu yang patut diwaspadai.

Pada periode empat bulan pertama tahun 2010, luas lahan persawahan yang terserang hama wereng coklat semakin luas. ''Jauh lebih besar dibandingkan periode sama pada tahun lalu, bahkan hampir setengah dari luas lahan yang terkena serangan sepanjang 2009,'' ungkap Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamukti, di Jakarta, Jumat (7/5).

Berdasarkan laporan dari daerah-daerah, Bayu memaparkan, luas lahan persawahan yang terkena serangan wereng coklat pada periode Januari-April 2010 mencapai 22.700 hektare dengan puso mencapai 69 hektare. Pada periode Januari-April 2009, luas lahan yang terkena serangan wereng hanya 12.800 hektare dan 540 hektare di antaranya puso. ''Jadi sudah hampir dua kali lipat,'' ujarnya cemas.

Serangan wereng coklat terjadi di sentra-sentra produksi padi nasional seperti Subang, Jember, Banyuwangi, Klaten, Jepara, Pati, dan Pekalongan. Sementara wilayah persawahan di luar Jawa seperti Sulawesi Selatan belum ada laporan soal serangan wereng. Makin agresifnya serangan wereng yang mengakibatkan padi kering dan putih layu, kata Bayu, patut diwaspadai aparatur pemantau organisme pengganggu tanaman di daerah.

Tak jarang, serangan wereng makin tak terkendali lantaran petugas di lapangan dan aparatur pemda tidak responsif. Kendati belum membahayakan bagi produktivitas padi nasional, namun Bayu mengkhawatirkan serangan wereng makin mewabah tahun ini. Karenanya dia meminta agar pemda dan aparatur di lapangan dapat meningkatkan kewaspadaan dan respon aktif terhadap laporan serangan wereng.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement