EKBIS.CO, SYDNEY--Pejabat Bank Indonesia (BI) terindikasi menerima suap dari perusahaan pencetak uang, Securency International, dalam proses tender pencetakan uang pecahan Rp 100 ribu pada 1999. Polisi federal setempat tengah menginvestigasi Securency International untuk tuduhan suap senilai 1,3 juta dolar AS.
Indikasi suap itu terungkap dari ditemukannya kopi faks rahasia dari Jakarta yang mengungkap rencana menghadiahi pejabat senior BI yang disebut 'teman' kami, dengan sejumlah pembayaran tidak resmi dan komisi. Firma RBA sebagai salah satu pemilik Securency, ikut terseret dalam penyelidikan ini.
Radius Christanto yang mewakili Firma RBA pada 1999-2006 merujuk dengan eksplisit kepada suap berjumlah besar kepada pejabat BI dalam faks yang dikirim kepada seorang petinggi Securency pada 1 Juli 1999. ''Mohon pahami posisi saya sekarang sulit, karena ini melibatkan jumlah uang yang sangat besar yang telah kami tetapkan untuk 'teman' kami,'' ujarnya seperti dilansir Sydney Morning Herald.
Korespondensi Radius mengisyaratkan tindakan 'main belakang' yang memuluskan jalan mereka memenangi kontrak senilai lebih dari 50 juta dolar AS untuk pencetakan 500 juta lembar uang pecahan Rp 100 ribu dari BI. Seorang eks pegawai Securency mengatakan, dia pernah diperintahkan membayar suap dan memanggil Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk pejabat bank sentral asing.
Terungkapnya koneksi antara RBA dan Jakarta menyebabkan Kepolisian Federal Australia (AFP) akan melebarkan penyelidikannya ke Indonesia. Sejauh ini, investigasi AFP difokuskan kepada arus uang keluar dari Securency senilai lebih dari 20 juta dolar Australia. Uang itu diduga digunakan membayar komisi untuk memenangkan tender pencetakan uang di Vietnam, Nigeria, dan Malaysia selama 2003-2006.
Mengacu kepada korespondensi Radius, dia mestinya menerima komisi senilai 3,65 juta dolar AS dari Securency dalam rekening bank Singapura setelah dia membantu pemenangan tender dari BI pada 1999. Faksnya juga memunculkan dua nama, Pak S dan Pak M sebagai penerima suap sebesar 1,3 juta dolar AS, merupakan pejabat senior BI yang berperan menjadikan RBA sebagai pemenang tender.
Dalam korespondensi itu juga terungkap kolusi antara pejabat BI, Radius, dan petinggi RBA yang sepakat menaikkan harga penawaran Securency untuk kontrak pencetakan uang. Pada akhirnya, kontrak yang dimenangkan bernilai 10 persen lebih tinggi dari yang sesungguhnya. Selain itu, ketiga pihak itu bersepakat untuk mencegah perusahaan lawan memenangkan tender sebagai imbalan 'pembayaran mendatang'.