EKBIS.CO, YOGYAKARTA--Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah Istimewa Yogyakarta Nur Achmad Affandi mengatakan ekspor produk tekstil, mebel, dan kerajinan dari provinsi ini ke Jepang tertunda, dan tidak diketahui sampai kapan. "Kondisi itu mengakibatkan sebagian besar produksi produk ekspor tersebut terhenti, meskipun belum diketahui angka yang pasti," katanya di Yogyakarta, Kamis, sehubungan dengan bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang.
Menurut dia, pangsa pasar ekspor produk tekstil, mebel, dan kerajinan dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terbesar adalah ke Jepang. Adanya bencana gempa dan tsunami di Jepang yang dahsyat itu, dipastikan berpengaruh signifikan bagi produk ekspor tersebut. "Produksi barang-barang ekspor dari DIY memang tidak terhenti total, tetapi akan mengalami penundaan pengiriman barang. Jadi, bencana alam yang melanda Jepang akan berdampak signifikan terhadap produk ekspor DIY ke negara tersebut," katanya.
Namun demikian, industri DIY harus tetap jalan dan perlu mencari pasar baru untuk pemasaran produk-produk ekspor selain ke Jepang, misalnya ke negara-negara di Eropa dan Afrika yang saat ini memiliki pasar yang cukup potensial. Ia mengatakan, selain berdampak besar bagi dunia perdagangan DIY, bencana di Jepang itu juga akan berdampak pada sektor hotel dan restoran di provinsi ini, karena selama ini tempat-tempat tersebut diisi grup-grup wisatawan dari negeri sakura.
"Bencana itu tentu akan berakibat pada penundaan kunjungan wisatawan Jepang ke DIY, karena transportasi dihentikan. Kondisi tersebut menyebabkan mereka menunda kunjungan ke luar negeri, khususnya ke DIY," katanya.
Menurut dia, selama ini wisatawan dari Jepang yang berkunjung ke DIY cukup banyak. Jika mereka menunda kunjungan, tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian dan dunia pariwisata di DIY.
"Oleh karena itu, perekonomian Jepang diharapkan segera pulih pascabencana, sehingga ekspor dari DIY ke negara tersebut kembali normal. Begitu pula dengan kunjungan wisatawan Jepang ke DIY," katanya.