EKBIS.CO, JAKARTA -- Total lahan pertanian yang terendam banjir mencapai 80 ribu hektare (ha). Dari jumlah luasan tersebut, sekitar 40 ribu ha mengalami gagal panen.
"50 persen lahan pertanian dipastika puso," ujar Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KNTA), Winarno Tohir, Senin (28/1). Dibandingkan tahun lalu, jumlah tersebut mengalami penurunan. Luas lahan yang terendam banjir pada 2012 lalu mencapai 186 ribu ha.
Luas lahan yang rusak tahun ini, menurut Winarno, kemungkinan masih akan bertambah karena musim hujan belum usai. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi Februari mendatang.
Saat ini, kata dia, petani sedang melakukan penanaman kembali. Pasalnya, daerah yang terendam air lebih dari empat hari harus ditanami ulang. Daerah lain yang hanya terendam 2-3 hari, bisa diberi pupuk agar segar kembali. "Masih bisa diselamatkan," tambah Winarno.
Penanaman kembali ini, menurut Winarno, memakan waktu satu hingga empat minggu. Petani tidak bisa menunda penanaman karena khawatir curah hujan kembali tinggi.
Terkait penanaman kembali sawah yang terendam banjir, petani di daerah mengeluhkan bantuan bibit unggul dari pemerintah yang tidak kunjung tiba. "Bantuan pemerintah tidak secepat yang diharapkan," kata Winarno kepada Republika.
Selain gagal panen, petani juga mengalami ancaman dikarenakan hama penyakit. Pemerintah telah melakukan serangkaian upaya pengendalian serangan hama dengan merekomendasikan penggunaan varietas padi tahan OPT dan mendistribusikan stok pestisida provinsi kepada Brigade Proteksi Tanaman. Selain itu pemerintah sedang melakukan distribusi Cadangan benih Nasional (CBN) untuk areal yang puso jenis padi hibrida sebanyak 16.695,67 ton (667.827 ha) dan jagung hibrida sebanyak 256,08 ton (17.072 ha).