Selasa 19 Mar 2013 14:47 WIB

Genjot Produksi Bawang Merah Saat Off-Season

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Petani Bawang Merah (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petani Bawang Merah (Ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Minimnya produksi bawang kala musim penghujan terjadi hampir setiap tahun. Petani enggan bertanam bawang karena ancaman penyakit yang besar dan hasil yang kurang menguntungkan. Diperlukan strategi agar kebutuhan bawang merah tetap terpenuhi sepanjang tahun.

Perbaikan sistem budidaya tanaman sayuran perlu digenjot agar produksi meningkat saat off-season (bukan musim tanam). Kondisi ini terjadi di bulan Januari hingga April dan November hingga Desember.  Caranya dengan meningkatkan efektifitas penggunaan lahan kering dan tegalan.

"Perlu penataan sistem tanam di lahan bekas sawah untuk sistem produksi bawang merah di musim kemarau dengan irigasi yang baik," ujar peneliti hortikultura Suwandi dari Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Selasa (19/3).

Dukungan ketersediaan benih dengan varietas unggul juga masih diperlukan. Tiga jenis benih yang disarankan yaitu Sembrani, Trisula dan Pancarona. Selain itu petani juga perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai  teknologi pengelolaan pupuk dan pengendalian hama penyakit.

Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan biji botani bawang merah berupa benih True Shallot Seed (TSS). Calon varietas TSS menunjukkan potensi hasil sebanyak 20.04 ton per hektar (ha) untuk satu kilogram biji. Hasil produksi TSS pun dikatakan lebih tahan penyakit. Selain itu biji botani tidak memerlukan gudang penyimpanan seperti halnya bibit.

Biji botani ini bisa digunakan untuk mengatasi mahalnya biaya produksi. Sebanyak 40 persen biaya produksi digunakan guna membeli umbi bibit. Kebutuhan bibit mencapai 1,2 ton per ha. Sementara kebutuhan biji botani mencapai 3-4 kilogram (kg) per ha. Biji TSS sudah tersedia dipasaran. Harga jual biji TSS maksimal Rp 2 juta per kg. Sedangkan harga bibit bawang saat ini sedang tinggi, mencapai Rp 35 ribu per kg.

Meskipun unggul, biji TSS masih terkendala pembungaan yang rendah akibat kondisi lingkungan tidak mendukung. Selain itu pembentukan biji rendah akibat minimnya viabilitas serbuk sari dan penyerbukan terbatas. Namun secara alami bawang merah di Indonesia dapat berbunga dan mengahasilkan biji, kecuali varietas bawang merah kultivar dari Sumenep."Penyerbukan bisa  dibantu dengan bantuan serangga penyerbuk saat tanaman berbunga untuk meningkatkan seed-set dan produksi benih TSS," ujar Suwandi.

Keberhasilan sistem produksi biji botani TSS sangat dipengaruhi varietas, fisiologis umbi bibit, ketepatan budidaya dan iklim setempat dan kemampuan Sumber Daya Manusia yang andal. Idealnya masih dibutuhkan areal penanaman benih seluas 100 ribu ha per tahun.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement