Jumat 14 Jun 2013 17:00 WIB

BI: Lelang Surat Berharga Negara Sepi Peminat

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Perry Warjiyo
Foto: Antara
Perry Warjiyo

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengakui lelang surat berharga negara (SBN) tidak laku di pasar. Dari Rp 2 triliun yang dilelang, hanya Rp 1,2 triliun yang terbeli. "Kita lihat tidak banyak yang berminat," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (14/6).

Meskipun demikian ia menilai pasar modal Indonesia mulai berangsur pulih. Begitu pula dengan SBN yang mulai kondusif dengan kecenderungan menguat. Membeli SBN merupakan salah satu upaya BI dalam menjaga stabilitas moneter. Selain membeli SBN, BI juga memastikan tersedianya dolar AS di pasar uang.

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengapresiasi langkah BI yang melakukan pembelian SBN di pasar sekunder. Ia juga mendukung langkah BI yang menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

"Kami mendukung kebijakan dan langkah yang diambil BI," kata Mahendra. Sebagai lembaga independen, BI dinilai kooperatif.

Terkait SBN, Mahendra mengungkapkan pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI telah menyepakati pengurangan penerbitan SBN netto di sepanjang 2013, yaitu dari Rp 241,3 triliun menjadi Rp 231,8 triliun. SBN akan diterbitkan baik di pasar domestik maupun pasar global. Bentuknya bisa berupa global bond atau global sukuk.

Pemerintah juga merevisi persentase issuance SBN yang tadinya 15 persen dalam bentuk dolar. Persentase penerbitan global bond akan ditambah menjadi 18 persen. Nilai ini merupakan kombinasi dari global bond dan sukuk.

Hingga 29 Mei 2013 realisasi penerbitan SBN netto sudah tercatat sebesar Rp 98,8 triliun. Sedangkan yang dibeli kembali oleh pemerintah sudah mencapai Rp 39,4 triliun dari target buyback Rp 100,4 triliun.

Dalam keadaan tertentu pemerintah akan masuk sendiri ke pasar obligasi. Bila diperlukan, pemerintah melakukan pembelian SBN di pasar sekunder melalui bond stabilization framework (BSF). "BSF dapat dikatakan sebagai lini pertahanan jika pasar sedang berbeda dari kondisi biasanya," kata Mahendra.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement