EKBIS.CO, NINGXIA – Perbankan syariah terhitung masih relatif baru di Cina. Negeri Tirai Bambu tersebut pun masih kesulitan mempraktikkan perbankan syariah karena aturannya sangat ketat.
Meskipun perbankan syariah diperkirakan tumbuh lebih cepat di negara berkembang, namun beberapa ahli skeptis tentang perkembangan syariah di Cina.
"Saya tidak melihat banyak ruang untuk pengembangan perbankan syariah di Cina. Satu-satunya keuntungan adalah untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara Timur Tengah," ujar Direktur Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Xiamen, Zhuang Guotu seperti dikutip The Global Times, Kamis (25/7).
Perbankan syariah di Cina memberikan sejumlah kecil pinjaman untuk mendukung pengusaha Muslim. "Yang dibutuhkan Cina adalah modal dan investasi negara-negara Arab untuk membangun infrastruktur seperti pembangkit listrik, bandara dan jalan raya," kata Direktur Institut Studi Islam Hui di Akademi Ilmu Sosial Ningxia, Ma Ping.
Bahkan, kata dia, di negara-negara Teluk seperti Arab Saudi pun perbankan konvensional masih mendominasi dengan aset perbankan syariah kurang dari 40 persen dari total keseluruhan aset perbankan.
"Beberapa outlet bank syariah dibuka di Gansu dan Qinghai pada 1980an, tetapi hanya beberapa Muslim yang memiliki akun di sana," ujarnya.
"Cina tidak memiliki kondisi untuk mengembangkan perbankan syariah secara substansial untuk sementara waktu," kata dia.
Masalah lainnya adalah perbankan syariah tunduk pada pengawasan yang sama seperti bank konvensional di Cina sehingga sulit menjamin pembiayaan dan solvabilitas produk suatu bank.