Kamis 06 Mar 2014 12:25 WIB

Ekonom: Tinggalkan Kebijakan Ekonomi Rabun Jauh

Red: Muhammad Fakhruddin
Ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Dahnil Anzar Simanjuntak
Foto: istimewa
Ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Dahnil Anzar Simanjuntak

EKBIS.CO, JAKARTA --- Indonesia setelah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus keluar dari model kebijakan ekonomi yang miopik atau rabun jauh, yakni kebijakan yang terjebak pada term jangka pendek. 

 

Ekonom dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Indonesia setelah SBY masih dihadapkan pada beberapa permasalahan. Pertama, fakta lebih dari 80% sumber daya alam yang dikuasai oleh asing. 

 

"Oleh sebab itu kita butuh presiden yang berani melawan dominasi pembajakan SDA kita tersebut," kata Dahnil, Kamis (6/3).

 

Kedua, lanjut Dahnil, ketahanan pangan yang masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari impor di subsektor peternakan, yakni sepanjang 2013 meningkat sebesar 60 persen, untuk impor pangan lain meningkat sebesar 29 persen lebih. 

 

"Hal ini, terjadi karena perspektif rabun jauh dalam kebijakan ekonomi kita masih diidap, sehingga ketika pasokan kurang kita tidak punya pilihan selain import, namun kebijakan substansi jangka panjang tidak seperti revitalisasi pertanian, berhenti menjadi retorika," pungkas Dahnil.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement