EKBIS.CO, MANADO -- Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) telah mengekspor bungkil kopra ke lima negara sepanjang 2014 menyusul permintaan yang cukup tinggi. Negara-negara tersebut, yakni Singapura, India, Cina, Korea Selatan dan Afrika Selatan
"Bungkil kopra yang diekspor ke lima negara tersebut mencapai 157.934 ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar 32,03 juta dolar AS," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulu Jenny Karouw, di Manado, Sabtu (28/2).
Permintaan bungkil kopra paling banyak datang dari Singapura. Hal itu tercermin dari volume dan nilainya yang paling besar, yakni 93.934 ton dengan nilai 18,49 juta dolar AS. Kemudian ke India sebanyak 42.650 ton dengan sumbangan devisa sebesar 8,49 juta dolar AS.
Bungkil kopra yang diekspor ke Korsel sebanyak 6.300 ton dengan nilai 1,57 juta dolar AS dan ke Cina sebanyak 5.145 ton dengan nilai 1,15 juta dolar AS.
Jenny mengatakan lima negara tersebut sudah dikenal sebagai pasar potensial bagi komoditas unggulan Sulut. Hanya saja untuk bungkil kopra atau produk turunan kopra merupakan pasar baru.
"Bungkil kopra yang diekspor ke negara tersebut telah melalui proses pengolahan minyak goreng yang dilakukan pabrik pengolahan di Sulut," ujarnya.
Bungkil kopra itu diminati pasar internasional, padahal banyak masyarakat Sulut yang tidak memanfaatkan produk tersebut.
"Kebanyakan dalam proses pembuatan minyak kelapa, bungkilnya hanya dibuang begitu saja, padahal mampu memberikan nilai cukup besar bagi petani kelapa atau daerah," kata dia.
Disperindag akan terus memfasilitasi petani kelapa dan pengekspor agar terus berinovasi dengan produk turunan kelapa.
"Produk turunan kelapa jika dikembangkan akan memberikan ratusan produk, namun di Sulut saat ini yang diekspor baru minyak kelapa kasar, minyak goreng, kopra, bungkil dan tepung kelapa," ujar Jenny.