EKBIS.CO, BOGOR -- Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), volume impor Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Volume impor gandum tertinggi dicapai pada tahun 2008 sebanyak 4,9 juta ton dengan nilai impor sebesar 697.546.000 dolar AS. Sedangkan rata-rata nilai impor per tahun Indonesia selama delapan tahun terakhir (2001-2008) sebesar 630.114.111 dolar AS.
Padahal, menurut pakar agribisnis dari IPB, gandum memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia karena potensi lahan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman gandum. Lukman M. Baga dan Agnes AD Puspita, dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan analisis sistem dan daya saing agribisnis gandum di Indonesia untuk dikaji sejauh mana agribisnis gandum lokal bisa dikembangkan di Indonesia.
Penelitian yang berlangsung pada tahun 2009 ini menggunakan data primer melalui wawancara mendalam dengan petani gandum, pemandu lapang, dan wawancara khusus dengan pakar gandum. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Budidaya Serealia, Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, APTINDO, buku, paper dan lain-lain.
“Hasil analisis kami menyimpulkan bahwa dalam sistem agribisnis gandum lokal di Indonesia, masing-masing subsistem agribisnis belum saling mendukung dan terkait satu sama lain. Terlihat dari belum terbentuknya subsistem agribisnis hulu sehingga sarana produksi berupa benih masih sulit diperoleh. Selain itu kegiatan usaha tani juga belum mampu mendukung subsistem agribisnis hilir yang telah berkembang,” ujar Lukman M. Baga dalam siaran pers yang diterima ROL, Kamis (20/8).