Selasa 23 Feb 2016 12:09 WIB

Peluang E-commerce di Era Keemasan Dunia Digital

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
ecommerce
bisnis digital/Ilustrasi

Lalu apa yang menjadi trend bisnis digital di 2016. Pertama, Indonesia akan menjadi pasar retail terbesar karena saat ini menjadi incaran pebisnis online berdana besar dari luar negeri. Sehingga, pelaku bisnis lokal harus fokus pada pasar dalam negeri.

Kedua, kalangan muda akan menjadi pasar terbesar sekaligus mesin alias pelaku utama bisnis digital di Indonesia. Pelaku bisnis diharapkan fokus pada produk pasar bagi kalangan muda. Ketiga, ujar dia, dengan penggunaan telepon seluler dan gawai yang begitu besar di Indonesia, perdagangan digital mulai beralih dari cabang besar E-commerce ke M-commerce (mobile commerce).

Beralihnya penggunaan dari computer prbadi ke gawai sebagai alat transaksi mengubah sistem dan strategi jual beli yang mendukung optimalisasi penggunaan selluler. Diharapkan pelaku industri digital melakukan inovasi teknologi yang memudahkan masyarakat bertransaksi.

“Dulu menggunakan PC atau notebook, saat ini trendnya mulai nyeleneh, yaitu bagaimana produk mobile jadi pengganti PC. Intinya saat ini orang lebih memilih atau mulai memilih menggunakan smartphone untuk surfing dalam hal ini juga berbelanja,” ungkap dia. Cuma di balik berbagai keunggulan dan potensi yang ada, ternyata ada beragam tantangan bisnis E-commerce.

Terutama budaya beli yang ada di masyarakat pengguna digital. Kini 80 persen pembeli menggunakan internet untuk melakukan perbandingan harga sebelum melakukan pembelian. Sementara 60 persen pembeli melakukan pencarian kriteria barang melalui mesin pencari.  Ini menjadi tantangan bagi pelaku bisnis digital, karena pembeli sudah mengetahui barangnya dengan pasti baik bentuk maupun harga.

Selanjutnya, hingga kini pembeli lebih banyak yang memilih Cash on Delivery (CoD) alias bertemu langsung. Baru 60 persen yang memilih melalui transfer.

Kemudian, tentu saja tingkat kepercayaan pembeli kepada penjual dimana 21,5 persen pembeli menginginkan dapat memeriksa kualitas dari barang yg dipesan sebelum membeli. “Sama seperti COD, pemeriksaan kualitas barang sama saja kembali ke manual alias pembelian toko offline,”ucap dia.

Terakhir, menurut dia yang menjadi momok menakutkan di Indonesia adalah keamanan data. Meningkatnya penyalahgunaan data pribadi seperti nomor telepon, email, alamat dan nomor rekening menyebabkan pembeli dan penjual tidak menggunakan data pribadi yang sebenarnya. Sekali lagi inilah yang tingkat kepercayaan pembeli dan penjual rendah di Indonesia.

Maka solusinya menurut dia pebisnis digital harus menjamin kepercayaan penjual dan pembeli. Terutama bagaimana menjamin keamanan terutama data-data baik penjual maupun pembeli. "Karena data pribadi merupakan uang kita di masa depan, jadi harus dijaga keamanannya" ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement