Perdagangan Elektronik
Lalu bagaimana potensi industri kreatif di Indonesia terutama yang berbasis teknologi dari kacamata pebisnis digital? Salah satu pendiri (cofounder) dan Chief Financial Officer Bukalapak.com, Muhammad Fajrin Rasyid menjawab ‘sangat’. Sangat dalam artian, industri kreatif berbasis digital tumbuh pesat terutama penjual di Bukalapak.com
Bayangkan, hanya ada 100 ribu user, baik penjual maupun pembeli,di bukalapak.com di 2011. Hanya dalam waktu lima tahun angkanya meningkat berkali-kali lipat menjadi 5 juta akun.
Angka ini menurut dia menunjukkan bisnis perdagangan elektronik atau eCommerce, dengan semakin meleknya masyarakat terhadap penggunaan internet, sangat menjanjikan. “Rata-rata penjualan UMKM di bukalapak tumbuh dua kali lipat tiap tahunnya. Saat ini ada 650 ribu penjual di bukalapak.com, padahal di 2011 hanya 20 ribu penjual” ucap dia kepada Republika beberapa waktu lalu.
Perkembangan teknologi, ucap dia, memang memudahkan pebisnis untuk bertransaksi dan melakukan aksi jual beli. Masyarakat di sisi lain pun bisa sangat mudah mencari barang yang ingin dibeli melalui jaringan internet. Saat ini ada beberapa platform dunia maya ujar dia yang menjadi sarana pebisnis online memasarkan produknya.
Pertama, pebisnis online sering kali memanfaatkan media sosial seperti Facebook, twitter dan instagram. Cara ini tergolong simple dan mudah, malah penjual dan pembeli dunia maya bisa berinteraksi langsung tanpa perantara.
“Cuma kekurangan pada masalah kepercayaan, yang tak mengenal atau follow takkan membeli barang kita,” ungkap dia. Bisnis di dunia online pun menurut dia juga membutuhkan kepercayaan, seperti testimoni di laman Facebook atau media sosial yang bisa membuat pembeli mempercayai layanan kita.
Cara selanjutnya menurut dia adalah melalui laman pribadi. Tak sedikit pebisnis online memiliki laman pribadi untuk menjual produk mereka. Sayangnya, mengelola laman atau website bukan perkara mudah. Dibutuhkan orang-orang yang bisa mengelola alias maintenance laman terus menurus agar tampak interaktif dengan konsumen.
Nah, ketiga, ucap dia online shop yang sedang booming di Indonesia. Online shop pun terdiri dari dua jenis yaitu situs iklan baris dan marketplaces. Situs iklan baris contohnya seperti Lazada, Zalora, Mataharimall.com dan bhinneka.com.
Sementara marketplaces, seperti bukalapak, blibli.com, elevenia.com, tokopedia dan merek internasional Rakuten. Perbedaan keduanya adalah marketplaces tak memberlakukan pembelian langsung. Sistem pembayaran dilakukan melalui aturan pengelola situs sehingga menjamin keamanan transaksi.
Hanya saja, marketplaces umumnya memberlakukan tarif bagi setiap transaksi sebagai biaya pengelolaan situs. Namun untungnya jika barang tak laku pun penjual tak perlu membayar fee sehingga takkan rugi.
“Kelebihan online marketplace adalah cakupan dan kemampuan distribusi yang begitu besar. Bahkan kalaupun ada yang bertanya apakah rugi berjualan di online marketplace, jawaban kami tidak,” ujar dia.