EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, inflasi di Februari 2016 berada di kisaran 0,13-0,14 persen. Diperkirakan inflasi juga tetap terjaga di Maret mendatang, bila stok pangan tetap terpenuhi.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia, Juda Agung mengatakan, penyebab inflasi rendah yaitu adanya perbaikan di harga pangan (volatile food) dan penurunan harga listrik.
"Penyebabnya penurunan beberapa harga yang di Januari masih tinggi kemudian turun. Kemudian juga dampak dari penurunan harga listrik PTL masih," kata Juda Agung di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (26/2).
Menurut Juda, inflasi di Februari memang relatif rendah. Biasanya pada kuartal satu, kata Juda, jika tidak ada kebijakan-kebijakan yang ekstrem, terkait harga BBM atau pangan, inflasi relatif rendah.
"Secara year on year 4,38 persen. Nanti Maret mudah-mudahan kalau semua terjaga, stok beras terjaga, Maret mudah-mudahan juga rendah,"katanya.
Terkait pergeseran musim tanam, yang biasanya Maret bergeser ke April, Juda meyakini jika stok pangan terjaga maka inflasinya masih terjaga juga. "Kecuali stoknya kurang. Makanya ini persoalan stok harus tetap dijaga,"katanya.
Menurut Juda, BI masih meyakini inflasi berada di kisaran empat persen plus minus satu persen. Angka tersebut tergantung sejauh mana harga minyak di dalam negeri akan disesuaikan. Angka tersebut berdasarkan perhitungan BI, dengan asumsi harga minyak 37 dolar AS per barel. Apabila harga minyak bisa lebih rendah lagi, penyesuaian harga angkutan, misalnya, BBM turun harga angkutan turun, menurutnya berdampak besar pada inflasi inti dan inflasi volatile food.
"Tapi kalau biaya angkutan tidak dilakukan adjustment sebagaimana ketika harga BBM naik ya tidak terlalu besar, Karena kuncinya di second round impact, tapi second round impact kepada inflasi inti dan volatile food,"ujarnya.