Dalam analisis Enny, agenda pemulihan confidence di sektor keuangan dan koperasi masa pemerintahan Habibie menuai risiko biaya yang sangat mahal. Pada akhirnya, langkah tersebut berhasil meski meninggalkan pekerjaan rumah berupa pencegahan moral hazard di era konsolidasi negara yang sempat goyang.
Namun Enny terkesan dengan sisi percaya diri yang sangat kentara dari rezim Habibie. "Pemerintah masa itu percaya diri, tidak mudah panik dan fokus pada sumber persoalan," ujarnya. Meski terhantam masalah ekonomi yang tidak ringan, Presiden Habibie tidak pernah menyalahkan kondisi eksternal.
Padahal bisa saja dia menyalahkan dampak krisis ekonomi Thailand yang kala itu memang tengah bermasalah. Tapi Habibie tidak melakukannya. Ia fokus memperbaiki bidang struktural dan pemantapan koordinasi.
Sikap inilah yang menurutnya harus ditiru oleh pemerintahan masa kini. Di mana penyelesaian masalah dilakukan tanpa panik reaktif, serta berdasarkan konsep yang jelas. Warisan Habibie dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi nasional hanya dapat diterima ketika sikap percaya diri hadir meski di kondisi paling terpuruk sekalipun.
Pemerintahan saat ini gencar membangun infrastruktur habis-habisan, sementara program jangka pendek terbengkalai. "Boleh kita bermimpi indah untuk masa depan, tapi kalau sekarang kita pingsan, percuma saja," katanya.
Habibienomics Vs Widjojonomics
Peneliti Indef lainya, Fadhil Hasan menguraikan ciri khas kepemimpinan Habibie ditinjau dari aspek ekonomi. Di antaranya menekankan soal nilai tambah, competitive advantage dan pengausaan teknologi tinggi dalam industri. Hal tersebut terangkum dalam konsep yang populer disebut Habibienomics. Namun dalam pelaksanaannya, Fadhil menilai justru Habibie tak sempat menerapkan konsep Habibienomics secara optimal.
"Justru ketika memimpin, Habibie tampak banyak menggunakan konsep ekonominya Pak Widjojo, atau populer disebut Widjojonomics," katanya. Widjojonomics merupakan istilah yang populer di kalangan peneliti untuk merangkum konsep ekonomi Widjojo Nitisastro. Ia merupakan menteri ekonomi di Era Soeharto yang kerap disebut-sebut sebagai arsitek utama perekonomian Orde Baru.