Sabtu 25 Jun 2016 08:50 WIB
Milad Habibie

Ekonomi Ala Habibie Pukul Balik Krisis Moneter

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ilham
Presiden Ketiga RI, BJ Habibie
Foto:

Secara ringkas, lanjut Fadhil, Widjojonomics lebih berorientasi pada pemanfaatan comparative advantage sebagai instrumen stabilitas ekonomi. Habibienomics dan Widjojonomics kerap disandingkan, bahkan Presiden Soeharto di masa lalu berupaya mengadaptasi kedua konsep tersebut secara proporsional sesuai kebutuhan.

"Istilah-istilah itu cuma common sense, istilah pers saja," ujarnya.

Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (CIDES), Umar Juoro berpandangan lain. Justru Habibienomics mulai diterapkan sebagai konsep baru yang mengunggulkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. "Tapi karena saat itu Habibie bukan hanya mengurusi teknologi, tapi harus urus semua hal, jadi banyak konsekuensi krisis yang harus dihadapi atas hasil warisan Orde Baru," kata Juoro.

Konsekuensi krisis tersebut di antaranya dampak Soeharto yang menandatangani "Leters of Intent" dengan IMF. Perjanjian tersebut harus dilaksanakan, termasuk di masa pemerintahan Habibie demi menjaga kepercayaan dunia internasional. Dampaknya, pemerintah tidak bisa lagi membiayai industri strategis nasional dan Bulog tidak lagi dibantu pemerintah.

Tapi sebagai asisten Presiden Habibie kala itu, Juoro melihat konsep Habibienomics tetap disisipkan dengan mengunggulkan nilai tambah.

Habibie selalu menekankan pentingnya nilai tambah atau keunggulan kompetitif sementara Widjojo dan mainstream ekonomi pada umumnya lebih menekankan pada murahnya biaya alias keunggulan komparatif. Kecenderungan baru pemodelan ekonomi ala Habibie membuat gusar para pakar ekonomi arus utama karena pergeseran yang tajam dalam pemodelan ekonomi dari asumsi pasar sempurna dari constant return to scale kepada increasing return to scale.

Pergeseran akibat Habibienomics juga berpotensi terjadi di aspek perlakuan teknologi sebagai variabel eksogenus kepada teknologi sebagai variabel endogenus; dari perlakuan tenaga kerja semata-mata sebagai faktor produksi kepada pengembangan sumber daya manusia; dari informasi sempurna kepada informasi asimetries dan dari keunggulan komparatif ke pekerja terampil dan industri tertentu yang bernilai tambah tinggi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement