EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menyisir lagi pos-pos yang bisa dipangkas dan dilakukan efisiensi agar harga gas untuk industri bisa turun. Bila dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi disebutkan ada tujuh sektor industri yang mendapat pemotongan harga gas menjadi 6 dolar AS per MMBTU, maka pemerintah akan menekan lagi harga hingga 4 dolar AS per MMBTU
Langkah ini diambil setelah dilakukan pembahasan level menteri antara Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Menteri Perindustrian. Pembahasan tersebut menyimpulkan bahwa memang diperlukan harga gas yang murah untuk meningkatkan daya saing industri nasional. Menteri ESDM Arcandra Tahar menjelaskan, pihaknya akan menilai apakah efisiensi bisa dilakukan di sisi hulu atau hilir termasuk biaya transportasi dan distribusi.
"Ruang mana yang bisa dilihat lebih jauh. Ini kan PR kita semua. Baik saya maupun jajaran yang lain. Dimana kita bisa menurunkan harga itu," kata Arcandra ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (15/8).
Arcandra menjelaskan, angka 4 dolar AS pe MMBtu diperoleh dari kajian bersama untuk industri yang membutuhkan gas sebagai bagian utama produksinya. Ia memisalkan, industri pupuk saja bisa bertahan hidup dan memperoleh keekonomian atas produk yang dijual bila harga gas hanya 4 dolar AS per MMBTU. Pemangkasan harga, kata dia, bisa juga dilakukan dengan efisiensi di sisi hulu migas yang bisa mengurangi biaya produksi gas. Salah satu caranya, menurut Arcandra, adalah dengan mengubah kontrak strategis dan mempemudah perizinan.
"Lama perizinan itu adalah cost. Ini yang bikin kita nggak kompetiutif. Di negara lain lapangan bisa didevelop sekian tahun, dua tahun misalnya, di sini bisa jauh lebih lama dari itu. Ini kan upstream-nya," ujar Arcandra.
Ia meyakini penghematan di sisi hulu juga bisa dilakukan dengan mengganti teknologi tepat guna yang lebih efisien. Artinya, penggunaan teknologi lama yang masih digunakan saat ini justru membuat keekonomian lapangan semakin menurun. Peningkatan teknologi dinilai menjadi salah satu solusi termasuk agar nilai keekonomian lapangan membaik dna ujungnya, produksi gas lebih tinggi lagi. Hal ini diyakini bisa menekan harga gas di hulu dan mengurangi harga gas di sisi hilir.