EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) berada di kisaran 2,2 - 2,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir tahun 2016. Terjaganya CAD yang rendah ini dinilai BI akan mendorong neraca perdagangan terus surplus.
Pada kuartal I 2016, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,8 miliar dolar AS (2,2 persen PDB), namun pada kuartal II 2016 menurun menjadi 4,7 miliar dolar AS (2,0 persen PDB).
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, secara umum BI menjaga agar defisit transaksi berjalan tidak lebih besar dari 3 persen PDB. Defisit transaksi berjalan saat ini, kata Mirza, berada di angka yang cukup sehat yaitu 2,2-2,3 persen dari PDB.
"Ini suatu angka yang sehat. Current account deficit tapi sehat dibandingkan situasi tiga tahun lalu. Pada kuartal III 2013, itu pernah capai 4,0 persen. Secara keseluruhan, CAD estimasi kami di 2016 di level 2,2-2,3 persen. Sekarang neraca pembayarannya bisa kembali surplus di 2016, ini suatu yang baik," kata Mirza di Jakarta, Senin (15/8).
Mirza menjelaskan, unsur terbesar dalam neraca perdagangan adalah ekspor komoditas. Harga komoditas membaik, maka surplus neraca perdagangan akan besar. Saat ini harga komoditas banyak pengaruhnya dari ekonomi Cina karena negara tersebut adalah pembeli terbesar untuk komoditas di dunia.
"Harga komoditas di kuartal I sudah meningkat, kuartal II agak sedikit menurun dibandingkan kuartal I, year to date harga komoditas sudah naik. Ekonomi Cina mudah-mudahan bisa membaik, tapi itu perbaikannya nggak signifikan," tuturnya.
Baca juga: BI Awasi Sistem Pembayaran Transaksi Narkoba