Syamsul mengatakan, ia sekarang membeli sapi hidup impor Australia dari penjagalan Kranggan dan Ciputat. “Saya biasa beli antara empat sampai lima sapi sehari. Walaupun harganya Rp 45 ribu per kilo, kualitasnya jauh lebih baik dibanding sapi NTT yang dijual di Dharma Jaya,” ujarnya.
Menurut Syamsul, para pedagang di Pasar Kramat Jati juga tidak ada yang membeli sapi hidup di PD Dharma jaya, melainkan dari Cilangkap, Karawaci, serta Tangerang. Alasannya, harga Rp 41 ribu untuk sapi lokal dirasa terlalu mahal.
“Kalau dijual seharga Rp 39 ribu, saya berani beli. Tapi Rp 41 ribu itu terlalu mahal jika dibandingkan dengan kualitasnya,” ujarnya.
Menurut pria yang telah berdagang daging sapi selama 12 tahun ini, sapi NTT yang dijual Dharma Jaya saat dimasak cepat menciut.
Sejak Maret 2016, PD Pasar Jaya atas instruksi Pemerintah DKI Jakarta membantu para pedagang daging sapi untuk dapat membeli sapi hidup NTT dari PD Dharma Jaya dengan harga Rp 41 ribu per kilo. Harga itu lebih murah 4.000 dibanding sapi hidup impor.
Nantinya daging sapi harus dijual dengan harga Rp 95 ribu untuk paha depan dan Rp 99 ribu untuk paha belakang. Sayang bantuan itu tak dimanfaatkan, dan harga daging di pasaran masih berkisar Rp 115 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram.