EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan mengaku sedang mengkaji peluang impor gas bagi wilayah Indonesia bagian barat. Peluang impor gas itu dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan harga gas industri guna meningkatkan daya saing Indonesia.
Luhut mengatakan pasokan gas alam cair (LNG) misalnya untuk industri di wilayah Aceh selama ini dipasok dari Papua. Jarak distribusi gas yang jauh itulah yang menjadi salah satu penyebab tingginya harga gas industri.
"Itu harus kita pikirkan, kenapa kita tidak impor saja dari somewhere, misalnya Malaysia atau Brunei yang lebih murah misal 3 dolar AS-4 dolar AS per MMBTU," katanya.
Menurut mantan Menkopolhukam itu, gas tersebut nantinya diregasifikasi di negara tersebut untuk kemudian dikirim ke wilayah industri di Indonesia bagian barat seperti Aceh atau Medan (Sumatera Utara). "Sampai di Medan kami hitung-hitung (harganya) bisa 8 dolar AS, berkurang dari 13 dolar AS. Itu mungkin bisa ditekan lagi jadi 6 dolar AS," ujarnya.
Namun, ia mengatakan, tidak semua penurunan harga gas dipukul rata menjadi sekitar 6 dolar AS per MMBTU.
Hal ini karena, menurut Luhut, ada industri yang sudah meraup untung dengan harga gas sekitar 8 dolar AS per MMBTU. Ia menekankan, penurunan harga gas akan signifikan diberikan kepada industri yang memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat. "Ada industri yang sudah untung dengan harga gas 8 dolar AS. Kami tidak mau kasih dia harga 6 dolar AS karena hanya menambah untung dia saja. Yang kami mau itu kalau diberikan berdampak kepada rakyat. Misalnya pupuk atau petrokimia. Itu mereka kami kasih," katanya.
Adapun untuk wilayah Indonesia bagian timur yang masih kelebihan pasokan gas, akan ada opsi untuk ekspor. "Untuk barat sedang kami exercise (bahas impornya) dari Brunei, Malaysia, atau Timur Tengah. Untuk yang Indonesia timur bisa saja kita ekspor," katanya.