EKBIS.CO, JAKARTA -- Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral IGN Wiratmaja Pudja memaparkan perbandingan harga gas Industri beberapa negara di Asia termasuk Indonesia. Di Tanah Air, sampai di level industri harga gasnya sekitar 8,3 dolar AS per mmbtu.
Wirat melanjutkan, untuk Malaysia, berada pada kisaran 6,6 dolar AS per mmbtu. Lebih rendahnya harga gas Industri di Malaysia karena negara tersebut menggunakan sistem subsidi sehingga dari hulunya ada penyesuaian.
Berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem fix price alias menjaga stabilitas harga. Sehingga ini tidak bergantung pada harga minyak dunia. "Ini benar-benar apple to apple perbandingannya. Skemanya memang agak berbeda-beda," kata Wirat, di Gedung Migas, Jakarta, Senin (24/10).
Sementara di Thailand, sekitar 7,5 dolar AS per mmbtu. Negara tersebut sebagian besar mengimpor dari luar negeri. Itu berlaku juga dengan Cina. Harga gas Industri di Cina berada pada kisaran 15 dolar AS per mmbtu. "Kenapa Cina lebih tinggi karena dia banyak Impor," ujar Wirat.
Terkait Instruksi Presiden menurunkan harga gas di bawah 6 dolar AS per mmbtu, menurut Wirat, tentu efisiensi biaya jadi kunci. Namun untuk perusahaan yang sudah beroperasi, biaya modalnya tidak bisa ditekan. "Saya cerita umum untuk proyek yang sudah berjalan, tentu belanja modal sudah dibayar, jadi tidak bisa diefesienkan lagi," ujarnya.
Yang bisa ditekan, lanjut Wirat adalah biaya operasi. Kemudian mengefisienkan formula transmisi juga distribusi trader. "Kita buat supaya distribusi seadil-adilnya. Itu lini yang masih bisa diefisienkan yang sudah berjalan," tutur Wirat menerangkan.
Untuk proyek yang belum berjalan, kata Wirat masih bisa mengurangi belanja modal. Pemerintah juga mengkaji biaya operasionalnya.