Jumat 24 Mar 2017 00:39 WIB

Kementan Dorong Peningkatan Tenaga Penyuluh Swadaya

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Budi Raharjo
Penyuluh Pertanian
Foto: Deptan.go.id
Penyuluh Pertanian

EKBIS.CO, LOMBOK TENGAH -- Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong para petani berprestasi untuk juga bisa menjadi penyuluh pertanian swadaya atau penyuluh mandiri nonpegawai negeri.

Kasubbid Informasi dan Materi Bidang Penyelenggaraan BPPSDMP Erwin Zulkarnaen mengharapkan kehadiran petani yang mampu menjadi penyuluh bisa melengkapi kekurangan tenaga penyuluh organik atau penyuluh pegawai negeri secara nasional.

Ia mengatakan secara nasional sektor pertanian Indonesia masih kekurangan tenaga penyuluh hingga kini. Berdasarkan data Kementan, tercatat hanya ada sekitar 44 ribu penyuluh pegawai negeri yang melayani kebutuhan penyuluhan pertanian untuk lebih dari 71 ribu desa yang ada di Indonesia pada 2016.

"Berdasarkan UU Pertanian, idealnya satu desa itu satu penyuluh. Disinilah peran penyuluh swadaya atau mandiri itu sangat dibutuhkan," ujar dia saat meninjau kegiatan penyuluhan di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bismillah, Desa Renteng, Kecamatan Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (23/3).

Menurutnya, kekurangan tenaga penyuluh organik diakibatkan banyaknya petugas penyuluh pegawai negeri yang memasuki masa pensiun. Sementara di beberapa daerah banyak terjadi moratorium penerimaan pegawai negeri.

Ia menilai, Gapoktan Bismillah bisa menjadi teladan bagi Gapoktan yang ada di Indonesia. Baginya, Gapoktan yang dipimpin Haji Saupi ini menjadi salah satu Gapoktan yang aktif dan berprestasi dalam menjadi penyuluh swadaya. "Semangat ini lah yang ingin kami tularkan ke daerah-daerah lainnya," lanjut dia.

Saupi, kata dia, bisa menjadi contoh dalam mengembangkan sistem budidaya pertanian, khususnya tanaman pangan. Erwin menilai apa Saupi berhasil membuat terobosan dalam memberikan pemahaman bagi para petani tentang pentingnya memperhatikan cara tanam, pola tanam, dan faktor cuaca. Selama ini, banyak para petani yang abai akan persoalan ini.

Sementara itu, Haji Saupi mengaku awalnya tidak mudah dalam memberikan pemahaman kepada para petani. Namun begitu, hal ini tidak menyurutkan langkahnya untuk sedikit berbagi ilmu kepada sesama.

Pelan-pelan dia memberikan pemahaman tentang bagaimana pola tanam yang lebih efisien. Seperti sistem jajar legowo 2:1 yakni cara tanam dengan dua barisan dan diselingi oleh 1 barisan kosong yang setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam setengah kali jarak tanaman antar barisan.

Dia mengungkapkan, sistem tersebut memiliki keunggulan, setidaknya di kawasan Lombok, di mana semua barisan rumpun tanaman berada di bagian pinggir menghasilkan produktivitas gabah tertinggi, memudahkan dalam mengendalikan pertumbuhan gulma dan hama penyakit, terdapat ruang kosong yang berfungsi untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong emas, dan lebih mengefisienkan penggunaan pupuk.

"Saya biasanya menggunakan cara ini dan berhasil. Saya berpikir kenapa tidak dikasih tahu juga kepada petani lain," kata Saupi.

Membantu para petani merupakan kebanggan tersendiri baginya. Saat ini, para petani yang ada di sekitar kawasan Gapoktan Bismillah telah memahami dan berhasil menerapkan sistem tersebut. Ia juga berharap, jumlah para penyuluh di Indonesia bisa terus bertambah agar program kedaulatan pangan tidak sekadar menjadi buaian semata.

"Penyuluh organik kita banyak yang pensiun, saya harap jadilah penyuluh swadaya dan mandiri," Saupi menambahkan.

Kunjungan ini juga dihadiri Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Pending Dadih Permana dan sejumlah pejabat  BPPSDMP.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement