EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan industri manufaktur pada kuartal pertama tahun ini sebesar 4,21 persen year on year (yoy). Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyatakan, angka tersebut belum sesuai ekspektasi.
Menurutnya, porsi industri manufaktur terhadap perekonomian Indonesia termasuk yang terbesar mencapai 20 persen. "Itu terlalu rendah untuk ekonomi Indonesia yang seharusnya menjadi basis sumber manufaktur. Maka itu perlu reformasi struktural," ujar Mirza di Jakarta, Jumat, (5/5).
Ia menambahkan, dengan porsi 20 persen seharusnya bisa tumbuh sampai enam persen seperti beberapa tahun lalu. "Keinginan pemerintah untuk mempermudah izin usaha di manufaktur kami harapkan berbuah signifikan," ujarnya.
Mirza menuturkan, pertumbuhan sektor konstruksi malah cukup baik yakni mencapai 6,2 persen. Padahal porsinyadalam PDB hanya 10 persen. Namun, pertumbuhan sektor konstruksi tersebut dinilai wajar karena pemerintah kini tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur.
Selain itu, sektor perdagangan yang tumbuh 4,77 persen dinilai belum terlalu menggemberikan. Hal ini karena, angka tersebut menunjukkan permintaan di sektor rumah tangga belum sepenuhnya pulih. "Ini porsinya 13 persen dari ekonomi Indonesia. Waktu kita booming tumbuhnya enam persenan. Jadi belum terlalu gembira di sektor perdagangan," kata Mirza.
Sementara itu, pertumbuhan pengeluaran rumah tangga masih di bawah lima persen, yakni 4,93 persen. Sedangkan, konsumsi pemerintah pun hanya tumbuh 2,7 persen. "Artinya pengeluaran pemerintah di kuartal pertama belum sebanyak di kuartal dua dan tiga," kata Mirza.
Baca juga: Pertumbuhan Industri Manufaktur Naik 4,3 Persen