EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun menganggap keliru jika daya beli masyarakat tidak bermasalah. Hal ini karena ia melihat banyak pedagang yang mengeluhkan langsung penurunan jumlah pendapatan. Bahkan, banyak pedagang yang gulung tikar.
"Sangat turun. Daya beli menurun," ujar Ikhsan pada Jumat (6/10). Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat tidak hanya berimbas ke pedagang kecil, omzet penjualan sektor mikro juga anjlok.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo membantah daya beli masyarakat turun. Daya beli dinilai masih stabil. Klaim daya beli turun dinilai Jokowi telah dipolitisasi.
Selain itu, melemahnya daya beli disebabkan perilaku pelanggan yang berpindah ke perdagangan online. Meskipun tidak berpengaruh secara signifikan, faktor tersebut menjadi tantangan ke depan seiring berkembangnya pasar e-commerce.
Faktor politik menurut Ikhsan juga berpengaruh besar terhadap daya beli yang menurun. Masyarakat atau investor dinilai banyak yang menunggu perubahan politik seperti Reshufle Kabinet yang sebelumnya sudah disebutkan pada dua bulan yang lalu tetapi sampai hari ini belum kunjung dilakukan.
"Gonjang ganjing politik terutama masalah KTP-el dan masalah korupsi yang lain harus segera dituntaskan. Hal itu memengaruhi daya beli," ujarnya. Menurutnya, perbankan saat ini kelebihan likuiditas yang sulit disalurkan ke kredit. Seiring berkembangnya perdagangan daring, hanya jasa kurir yang mengalami kenaikan permintaan.
Sementara itu, penjual grosir sepatu di Pasar Jatinegara merasakan melemahnya daya beli masyarakat. Pedagang grosir sepatu, Merry mengatakan omzetnya menurun sebanyak 20 persen sampai 25 persen sejak 2015. "Sepi, malah bisa main bola di sini," ujarnya pada Jumat (6/10).
Untuk mengatasi sepinya pembeli, penjual memasang strategi khusus. "Memang melemah. Tapi kita punya cara yaitu dengan memilih barang yang banyak laku-nya. Kita mengikuti konsumen, mau-nya yang mana" ujarnya.
Dia menceritakan, sebelumnya, toko menyediakan semua jenis sepatu dan sandal. Semenjak omzet menurun, jenis sepatu dan sandal yang kurang diminati, tidak lagi dijual. Hanya barang-barang tertentu saja yang kini dijual. "Daya saing, harga juga penting, barangnya bagus harga juga cocok. Untuk diputar kembali uangnya," tutupnya.