EKBIS.CO, KUTA -- Bank Dunia (World Bank) bekerja sama dengan Kementerian Keuangan RI menggelar Seminar Internasional Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi di Anvaya Beach Resort, Kuta, Bali. Acara ini digelar dalam rangka menuju Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia yang berlangsung Oktober 2018.
Chief Economist Human Development Practice di World Bank Group, Roberta Gatti mengajak Indonesia dan negara-negara lainnya di dunia untuk berinvestasi pengembangan SDM. Pengembangan SDM merupakan proyek utama Bank Dunia yang didasarkan pada cara pemahaman berinvestasi SDM untuk mencapai hasil akhir yang bagus.
"Ini juga bisa memperbaiki dari sisi finansial. Kemitraannya dengan institusi internasional. Pembangunan SDM bukan sekadar hal yang harus dilakukan, tapi hal yang cerdas dilakukan," ujar Gatti, Kamis (1/3).
Sejumlah riset Bank Dunia menunjukkan pengembalian investasi SDM di masa depan jauh lebih besar dari investasi awal yang dikeluarkan sebuah negara. Sekitar 1970-an Bank Dunia mengikutsertakan sekelompok anak di North Carolina, Amerika Serikat.
Anak dan keluarga anak tersebut diberi bantuan dengan dilibatkan ke dalam program-program yang berkombinasi dengan pekerjaan sosial. Anak-anak yang mengikuti program ini 40 tahun kemudian bukan hanya berpenghasilan tinggi, namun juga tidak pernah masuk penjara, tidak hamil pada usia muda, bahkan memberi manfaat ekonomi 20 persen per tahun bagi wilayahnya.
"Bank mana pun tidak akan ada yang memberi Anda bunga 20 persen per tahun," katanya.
Proyek Bank Dunia lainnya terkait pengembangan SDM diadakan di tiga ribu desa di 50 wilayah di Indonesia. Bentuknya adalah investasi bidang pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, dan pelatihan guru.
Lebih dari 634 ribu anak di Indonesia mendapatkan akses pendidikan usia dini. Gatti mengatakan ketika evaluasi selesai dilakukan, anak-anak yang mengikuti program ini lebih cepat dewasa, pengetahuan kosakatanya lebih luas, perkembangan kognitifnya lebih bagus dibanding anak-anak yang tidak mengikuti program.
Pada era 1970-an, lebih dari 61 ribu sekolah dasar dibangun di Indonesia. Empat puluh tahun kemudian, pemasukan dan pendapatan anak-anak yang bersekolah pada masa itu sembilan kali lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun sekolah dan menggaji gurunya.
Hampir separuh kenaikan pendapatan negara di Amerika Serikat, Malawi, dan Turki karena kualitas SDMnya, bukan karena sumber daya alam negaranya. Sebanyak dua per tiga penduduk negara berpendapatan tinggi pasti berketerampilan tinggi. Ini yang membuat negara-negara perlu berinvestasi pada SDM.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati mengatakan SDM merupakan faktor penting pendorong pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan sosial. SDM berkualitas dilihat dari berbegai aspek, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan gender.
"Pemerintah perlu menempatkan investasi di bidang SDM sebagai salah satu program prioritas, salah satunya melalui skema perlindungan sosial yang komprehensif," ujarnya.
Investasi pada SDM, kata Sri Mulyani merupakan isu global yang melibatkan berbagai pihak dalam sebuah kemitraan. Pihak-pihak tersebut adalah bank pembangunan multilateral, institusi keuangan internasional, pemerintah negara, filantropis, lembaga swadaya masyarakat, dan swasta.