EKBIS.CO, JAKARTA -- Emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mulai mengeluarkan kinerja keuangan semester satunya. Tak terkecuali emiten telekomunikasi.
Dari laporan keuangan semester ganjil tahun ini, analis saham MNC Sekuritas, Victoria Venny menilai kinerja keuangan emiten telekomunikasi masih terdampak dari kebijakkan registrasi prabayar yang diberlakukan oleh pemerintah.
“Dalam jangka pendek memang MNC Securities sudah memperkirakan registrasi prabayar yang diberlakukan pemerintah akan berdampak kepada emiten telekomunikasi. Top line mereka pasti akan jebol karena mereka tidak bisa mendapatkan market lagi dari konsumen yang kerap gonta-ganti kartu prabayar. Namun setelah registrasi prabayar ini dilaksanakan diharapkan industri telekomunikasi akan lebih baik,” jelas Venny, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (3/8).
Memang dampak registasi prabayar kepada emiten telekomunikasi di semester satu ini berbeda-beda. Ada emiten yang masih ‘tersungkur’ dengan kebijakkan registrasi prabayar.
Namun, kata Venny, ada emiten yang sudah minor dampak negatif dari registrasi prabayar. Bahkan ada emiten yang sudah tidak terdampak sama sekali dari kebijakkan registrasi prabayar tersebut.
Jika melihat laporan keuangan tengah tahun emiten telekomunikasi, dampak paling besar masih dirasakan oleh Indosat. Pada laporan keuangan tengah tahunnya, emiten berkode ISAT ini masih mengalami tekanan yang sangat besar di pendapatan.
Jika di periode yang sama tahun lalu, pendapatan anak usaha Ooredoo tersebut sudah mencapai Rp 15,112.4 triliun, di periode ini pendapatan Indosat ‘longsor’ 26,8 persen menjadi hanya Rp 11,065.8 triliun.
Padahal emiten Telkom dan XL sudah menunjukkan perbaikkan kinerja keuangannya. Pendapatan Telkom di tahun ini Rp 64,368 triliun atau naik 0.5 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 64,021 triliun.
Pendapatan XL juga mengalami kenaikkan Rp 10,95 triliun menjadi Rp 11,06 triliun. Registrasi prabayar ini juga masih memangkas jumlah pelanggan Indosat.
Jika di semester ganjil tahun lalu pelanggan Indosat sudah mencapai 96.4 juta, namun di tahun ini pelanggannya hanya tinggal 75 juta saja. Keadaan Indosat ini berbanding terbalik dengan Telkomsel dan XL.
Pelanggan Telkomsel hanya mengalami koreksi sedikit dari tahun lalu. Jika tahun lalu pelanggan Telkomsel 178 juta, kini pelanggannya 177.9 juta. Sedangkan pelanggan XL naik dari 50.5 juta menjadi 52.9 juta.
Diakui Venny memang laba sebelum pajak BUMN telekomunikasi tersebut mengalami koreksi. Koreksi ini disumbang dari meningkatnya beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi. Analis saham dari MNC Securities ini menilai kenaikkan beban operasional Telkom adalah sesuatu yang wajar.
Venny menduga meningkatnya beban operasional tersebut dikarenakan dampak dari pembayaran lelang frekuensi yang dimenangkan oleh Telkomsel beberapa waktu yang lalu. “Saya menduga kenaikkan tersebut dampak dari lelang frekuensi. Dengan Telkomsel yang memenangkan lelang frekuensi kemarin untuk jangka panjang, kinerja keuanganTelkom masih cukup menjanjikan. Diharapkan dengan tambahan spektrum yang dimiliki oleh Telkomsel, kinerja keuangan mereka akan lebih baik lagi,” papar Venny.
Melihat kinerja emiten hingga semester pertama ini, Venny masih optimis industri telekomunikasi masih cukup menarik. Terlebih lagi potensi pertumbuhan bisnis layanan data dan layanan digital yang tengah gencar dilakukan oleh emiten telekomunikasi.
Dari info memo yang dikeluarkan oleh Telkom, disebutkan bahwa bisnis digital Telkomsel tumbuh signifikan sebesar 17,5 persen (yoy), yang didorang oleh Layanan Data yang tumbuh sebesar 13 persen (yoy) dan Layanan Digital yang tumbuh sebesar 59,1 persen (yoy). Bisnis digital sendiri menyumbangkan 49,7 persen dari total pendapatan, yang meningkat signfikan dari sebesar 39,3 persen di tahun lalu.
“Bisnis industri telekomunikasi akan mengarah ke layanan data. Jika tahun lalu pendapatan dari bisnis legacy dan data masih berimbang, namun di tahun medatang dominasi revenue dari layanan data akan semakin tinggi,” kata Venny.