EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia prediksi Defisit Transaksi Berjalan atau Current account deficit (CAD) 2019 sebesar 2,5 persen, Jumat (26/10). CAD di triwulan III 2018 diproyeksikan naik namun tidak lebih dari 3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Gubernur BI, Perry Warjiyo menilai wajar jika CAD naik lebih dari 3 persen karena masih ada efek defisit di bulan Juli dan Agustus. Ia mengatakan pada September ada surplus karena imbas stabilisasi yang dilakukan pemerintah dan BI.
"Juli dan Agustus kan defisit, September surplus, ini menunjukan kebijakan bersama baik dari pemerintah maupun BI sudah mulai terasa di bulan September, tapi jika dihitung triwulan, Juli Agustus masih tinggi karena defisit di Migas," kata dia di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (26/10).
Ia menyampaikan efek dari kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas, seperti kebijakan pengendalian impor seperti penerapan perluasan biodiesel B20 dan peningkatan tarif pajak penghasilan barang impor, akan semakin nyata terlihat pada triwulan IV 2018. Untuk 2019, Perry mengatakan CAD diprediksi di bawah 3 persen dari PDB yakni sekitar 2,5 persen.
"Ini efek B20, kenaikan BBM, BPH impor, dan lain-lain itu akan membawa keseluruhan tahun di bawah 3 persen. Tahun depan langkah-langkah ini akan membawa CAD lebih turun lagi, target 2,5 persen dari PDB," kata dia.
Dengan membaiknya defisit transaksi berjalan pada paruh terakhir tahun ini, BI memproyeksi laju pertumbuhan ekonomi masih berada di rentang 5-5,4 persen (YOY) sepanjang tahun, namun berada di bawah rentang tersebut.