EKBIS.CO, TANGERANG SELATAN -- Sejumlah pihak menyebut bahwa Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membantah anggapan tersebut.
Menurut JK, sektor industri Tanah Air, termasuk industri manufaktur masih mengalami kemajuan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. "Itu tidak benar. Industri, seperti disampaikan Menteri Perindustrian, tetap menjadi sektor yang tertinggi dalam produk domestik bruto (PDB) nasional kita," kata Jusuf Kalla saat membuka Indonesia Industrial Summit di ICE BSD, Tangerang Selatan, Senin (15/4).
Ia menyampaikan, kurun waktu 2014 hingga 2017, kontribusi sektor industri Tanah Air terhadap total PDB nasional Indonesia mencapai 21,30 persen. Dengan kata lain, menurut JK, industri dalam negeri tetap menjadi penopang utama dalam pendapatan nasional.
Lebih lanjut, JK mengungkapkan, deindustrialisasi memang pernah terjadi pada tahun 2008-2009. Sebab, saat itu tengah terjadi krisis ekonomi global. Indonesia sebagai negara berkembang ikut terdampak dari adanya krisis tersebut. Alhasil sektor industri terkena efek negatif.
Meski demikian, JK berpendapat masih ada yang perlu dievaluasi dari kebijakan pemerintah saat ini. Yakni terkait penggunaan Big Data sektor industri yang digunakan untuk membuat peta industri secara lebih rigid.
"Pada dewasa ini, data yang menentukan, karena itulah sumber-sumber saat ini yang bisa memajukan masing-masing industri," kata JK.
Menteri Perindustrian dalam kesempatan yang sama menambahkan, sektor industri menjadi kontributor terbesar terhadap PDB nasional tahun 2018 dibanding sektor ekonomi lainnya dengan kontribusi sebesar 19.86 persen.
Dari kontribusi tersebut, sebanyak 30 persen dari total penerimaan perpajakan negara tahun 2018 dihasilkan dari sektor industri. Selain itu, sektor industri menjadi penyumbang investasi terbesar dalam empat tahun terakhir (2014-2018) dengan jumlah sebesar 41,8 persen dari total realisasi investasi.
Melalui peta jalan revolusi industri keempat, kata dia, Indonesia dapat merevitalisasi sektor industri manufaktur sehingga pada tahun 2030 dapat menjadi negara 10 ekonomi terbesar dunia.
"Dampak dari industri 4.0 antara Iain dapat meningkatkan kontribusi ekspor netto terhadap PDB sebesar 10 persen, meningkatkan dua kali produktivitas terhadap biaya, dan meningkatkan 2 persen untuk pengeluaran R&D terhadap PDB," ujarnya.
Sebelumnya, isu deindustrialisasi turut menjadi topik pembahasan dalam rangkaian Debat Terbuka Capres-Cawapres. Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyebut, Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi. Padahal, sektor industri menjadi harapan untuk dapat mensejahterakan masyarakat.