Kamis 11 Jul 2019 21:23 WIB

Menengok Wisata Kebun Kopi Bersejarah di Sudut Losari

Kebun Kopi Losari wujudkan destinasi story telling di Magelang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Kawasan Agrowisata Kebun Kopi MesaStila di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Foto: Republika/Dedy Darmawan
Kawasan Agrowisata Kebun Kopi MesaStila di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

EKBIS.CO, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata pelancong domestik maupun mancanegara. Berbekal bentang alam yang diapit lima pegunungan, Magelang tentu punya keunggulan agrowisata perkebunan. 

Salah satunya, kebun kopi seluas 11 hektare di lereng perbukitan Losari. Kebun itu, kini dalam pengelolaan kawasan resort MesaStila yang mayoritas sahamnya dimiliki pengusaha Rosan Roeslani dan sebagian kecil oleh Sandiaga Uno. 

Baca Juga

Dengan logat Jawani, Yoyok Widyopramono, Duty Manager MesaStila menuturkan kebun kopi itu mulanya dimiliki oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Gustav Van Der Swan sejak Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. 

Vander Swan memiliki dua orang istri kebangsaan Belanda dan Indonesia. Pasca Indonesia merdeka, kebun kopi yang masih menyatu dengan hutan itu dijual oleh istrinya yang asli Jawa kepada seorang prajurit TNI asal Salatiga sekira tahun 1960-an. 

Yoyok melanjutkan ceritanya, memasuki Abad ke-20, tepatnya pada 1991, seorang pengusaha asal Italia, Gabriella Teggia datang ke Magelang untuk membeli kebun tersebut yang kala itu luasnya masih sekitar 7 hektare. 

Di sisi timur kebun yang kebetulan menjadi satu dari sekian puncak perbukitan, terdapat satu rumah Belanda yang dahulu dijadikan Vander Swan sebagai pusat pengolahan kopi yang dipanen sendiri. Rumah itu kemudian disulap Gabriella menjadi kantor administrasi kebun kopi sekaligus kawasan resort yang ia mulai bangun pada saat itu. 

Namun, mendadani kebun di tengah hutan sekaligus resort yang berbaur dengan suasana kebun nyatanya perlu waktu lama. "Sejak pembelian oleh Ibu Gabriella tahun 1990-an, tahun 2001 baru dimulai pembangunan dan tahun 2004 agrowisata sekaligus resort resmi beroperasi," ujar Yoyok saat ditemui Republika.co.id di lokasi. 

photo
Kawasan Agrowisata Kebun Kopi MesaStila di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Ia menuturkan, dahulu kebun kopi itu benar-benar menyatu dengan hutan dengan kemiringan tanah yang terjal dan penuh semak belukar. Melihat adanya potensi wisata, Gabriella mulai mendadani kebun itu setahap demi setahap. 

Dari membangun jalan setapak, menanami pepohonan durian dan petai sebagai pelindung pohon kopi dari panas, hingga membuatkan kolam di tengahnya untuk mempercantik nuansa kebun. "Dahulu, kebun ini tidak bagus seperti sekarang. Dulu ini hutan dengan tata letak yang tidak beraturan," ujarnya. 

Setelah hampir 20 tahun beroperasi, kini Kebun Kopi MesaStila punya empat jenis varian kopi. Robusta dan arabica sebagai induk varian. Ada pula excelsa dan kopi jawa yang dikembangkan. Namun, dua jenis kopi itu hanya untuk dikonsumsi bagi para pengunjung resort. Sementara, robusta dan arabica di jual untuk komersial. 

Menurutnya, di kebun seluas 11 hektare itu, terdapat 12.500 pohon. Panen dilakukan satu tahun sekali mulai Juli sampai September. Waktu panen cukup lama lantaran pemetikan buah kopi dilakukan satu per satu khusus yang telah memerah. Pemetik harus berhati-hati karena di setiap tandan, tak selamanya buah kopi matang bersamaan.

"Sekali panen rata-rata 12 ton. Tapi, setelah melalui proses penjemuran pengeringan menyusut menjadi 4 ton," ujarnya. 

Biji kopi robusta dijualnya seharga Rp 30 ribu per kilogram (kg). Sementara kopi arabica dijual sekitar Rp 40 ribu per kg. Yoyok menyebut, harga Robusta lebih mahal karena produksinya yang lebih sulit. Hal itu karena pada dasarnya kopi robusta idealnya tumbuh di ketinggian lebih 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). 

photo
Kawasan Agrowisata Kebun Kopi MesaStila di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sementara, kawasan kebun kopi MesaStila berada pada ketinggian 680 mdpl yang cocok untuk kopi robusta. Sebagai siasat, pengelola menggabungkan batang pohon kopi robusta dan arabica dengan sistem stek. "Batang robusta dibawah, Arabica diatas. Jadi Arabica numpang akarnya Robusta. Ini bisa dan menghasilkan buah Arabica," katanya. 

Selain pengunjung dimanjakan bentang alam perkebunan, di pojok barat lereng kebun juga terdapat rumah pengolahan kopi dari penjemuran hingga pembakaran untuk menjadi biji kopi yang siap dikonsumsi. Pengunjung bahkan disuguhkan sepiring biji kopi dengan gula aren untuk dimakan bersamaan. Suguhan itu menjadi salah satu khas dari Losari. 

Sedikit mundur, Yoyok menceritakan, sejak tahun 2008, MesaStila yang dimiliki Gabriella resmi berpindah tangan ke Recapital Group milik Rosan Roeslani. Selain itu, pemilik Saratoga Investama, Sandiaga Uno juga memiki porsi saham di sana. 

Gabriella menjualnya karena mengidap penyakit kanker dan harus kembali ke Italia bersama anak-anaknya. Yoyok yang sempat bekerja di tiga tahun terakhir masa kepemilikan Gabriella, menuturkan, anak-anak Gabriella kurang begitu tertarik pada bisnis wisata di Tanah Air. 

"Jadi, setelah kebun ini berpindah-pindah tangan dari Belanda, Indonesia, Italia, kini dimiliki penuh oleh Indonesia," katanya. 

Kebun Kopi MesaStila, disebut Yoyok juga menjadi bagian dari sejarah pemerintahan SBY-JK. Ia bilang, pada tahun 2006 SBY sempat mengadakan sidang kabinet selama tiga hari dua malam. Saat itu, menjadi momen bersejarah bagi Losari. 

Kini, Yoyok melanjutkan, terdapat sekitar 120 pekerja yang sebagian merupakan masyarakat Magelang. Sekitar 20 orang bekerja khusus untuk merawat kebun itu dan sisanya menjaga resort. 

photo
Kawasan Agrowisata Kebun Kopi MesaStila di Desa Losari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso menjelaskan, Losari merupakan satu dari 51 desa wisata di Kabupaten Magelang. Seiring perkembangan sektor wisata, kini terdapat banyak hotel, resort, hingga homestay desa wisata.  

“Pengembangan pariwisata di Magelang mengedepankan pengembangan berbasis komunitas atau ‘community based development’. Usaha pariwisata melibatkan masyarakat setempat supaya bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti, menambahkan, Magelang kini menjadi salah satu destinasi yang punya keunggulan story telling bagi para wisatawan. Karena itu, berbagai sejarah yang tersimpan mesti dijaga, dikemas, dan dijual kepada pengunjung untuk memberikan pengalaman berkesan. 

"Magelang menjadi destinasi pertama yang menjual experience tourism dengan memperkuat story telling. Itu akan membuat wisatawan menjadi penasaran," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement