Senin 09 Dec 2019 13:22 WIB

Konsumsi Rumah Tangga 2019 Diproyeksi Tumbuh 5,05 Persen

Pada kuartal IV 2019 konsumsi rumah tangga naik tipis menjadi 5,02 persen

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono bersama Senior Vice President Kepala Ekonom BNI, Ryan Kriyanto saat menyampaikan paparan dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (9/12).
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono bersama Senior Vice President Kepala Ekonom BNI, Ryan Kriyanto saat menyampaikan paparan dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (9/12).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia memproyeksi tingkat konsumsi rumah tangga tahun 2019 mencapai 5,05 persen. Konsumsi rumah tangga di penghujung tahun menjadi tumpuan utama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Endy Dwi Tjahjono mengatakan, pada kuartal IV 2019 konsumsi rumah tangga sebesar 5,02 persen atau naik tipis dari kuartal III sebesar 5,01 persen. Pada kuartal I dan II lalu, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01 persen dan 5,17 persen.

Baca Juga

"Jadi keseluruhan 2019 BI memprediksi konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05 persen," kata Endy dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12).

Endy mengatakan, otoritas moneter sangat berharap agar konsumsi bisa tumbuh di atas 5 persen hingga penghujung tahun. Sebab, harus diakui di saat ekspor dan investasi mengalami pelemahan, hanya konsumsi rumah tangga yang bisa diharapkan untuk mendongkrak laju pertumbuhan.

"Konsumsi memang penopang kita. Tapi, beberapa data memang mengatakan cukup berat," kata Endy.

Pihaknya menyampaikan, dari beberapa data yang dikumpulkan BI, kelompok berpendapatan menengah ke atas cenderung menyimpan uang ketimbang membelanjakan uangnya. Sementara, tingkat konsumsi untuk masyarakat menengah ke bawah belum begitu baik. Hal itu, salah satunya terlihat dari kelompok masyarakat petani yang ditunjukan dari adanya perlambatan nilai tukar petani (NTP).

Sementara itu, SVP Kepala Ekonomi BNI, Ryan Kiryanto, mengatakan hanya konsumsi rumah tangga yang bisa diandalkan dibanding konsumsi pemerintah. Sebab, belum bisa dipastikan apakah pemerintah benar-benar akan menaikkan belanja n setelah pada kuartal III lalu, konsumsi pemerintah hanya tumbun 0,98 persen.

Menurut Ryan, ada kecenderungan kementerian lembaga masih wait and see untuk menggenjo belanja setelah pergantian kabinet. Sementara, penyaluran Program Bantuan Sosial untuk masyarakat tidak mampu tidak akan masif karena sebagian besar telah disalurkan pada awal tahun.

"Kalau konsumsi pemerintah di kuartal IV melemah, berarti harapannya dari masyarakat yang menjadi bantalan konsumsi kita," kata Ryan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement