EKBIS.CO, JAKARTA – Aktivitas manufaktur Indonesia pada awal tahun 2020 masih menunjukkan kondisi yang lemah. Hal ini tergambar dari indeks manufaktur atau Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis IHS Markit pada Senin (3/2) yang menurun menjadi 49,3 pada Januari 2020 dari 49,5 di bulan sebelumnya.
Januari menjadi bulan ketujuh di mana PMI Manufaktur Indonesia mengalami penurunan secara berturut-turut. Kepala Ekonom IHS Markit Bernard AW mengatakan, PMI Manufaktur Indonesia diperkirakan akan membaik hingga akhir kuartal.
"Diperkirakan akan mencapai 51,00 poin," tuturnya, dilansir di situs resmi IHS Markit, Senin (3/2).
Ke depannya, IHS Markit memproyeksikan PMI Manufaktur Indonesia akan berada di ksiaran 51,50 persen. Artinya, manufaktur masih akan mengalami ekspansi meskipun tidak signifikan. Diketahui, IHS Markit menentukan batas level ekspansi berada di 50,0 poin.
Sepanjang 2012 hingga 2020, rata-rata PMI Manufaktur Indonesia adalah 50,07 poin. Rekor tertinggi terjadi pada Agustus 2013 dengan besaran 58,50 poin, sedangkan rekor terendahnya 46,40 poin pada Maret 2015.
IHS Markit juga mencatat,tingkat pesanan baru menurun untuk dua bulan berturut-turut dan penjualan ekspor menyusut paling dalam selama empat bulan terakhir. Pada saat yang sama, aktivitas pembelian menyusut. Kondisi ini membebani tren perekrutan tenaga kerja sehingga berdampak pada tingkat lapangan kerja yang turun selama tujuh bulan berturut-turut.
Dari segi harga, IHS Markit mencatat, tidak ada tekanan dari inflasi. Meskipun sempat terjadi kenaikan harga bahan baku pada awal tahun, tingkat inflasi masih tergolong marginal. Sementara, tingkat produksi masih tercatat naik sepanjang dua bulan berturut-turut, walaupun pada laju yang marginal di tengah menurunannya penjualan.
Kompetisi di industri manufaktur semakin kompetitif. Kondisi ini ditambah dengan penjualan yang melemah dan dolar melemah, mendorong perusahaan memberikan potongan harga pada produk-produk mereka.
Harga jual tercatat mengalami penurunan dengan tren tercepat sejak survei dimulai pada 2012. "Akhirnya, setimen sentimen berada di level tertinggi selama delapan bulan," kata Bernard.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan segera membahas agar industri manufaktur mengalami perbaikan signifikan di tahun ini. Hanya saja, ia masih belum dapat menjabarkan program yang dimaksud secara jelas.
Airlangga menuturkan, perlambatan pada industri manufaktur tidak terlepas dari sentimen global yang juga mengalami tren serupa. Di sisi lain, ada keperluan bahan baku yang tinggi.
"Besok kita bahas (agar tidak semakin tertekan)," ujarnya ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Senin malam.