EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (persero) mengakui selama ini perusahaan mengimpor minyak yang mahal. Hal ini karena kondisi kilang yang hanya mampu mengolah minyak jenis tertentu yang itupun mahal harganya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, kilang yang saat ini dimiliki oleh Pertamina usianya sudah lebih dari 20 tahun. Selain kondisinya yang tua, juga kapasitasnya tak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat hari ini.
Kondisi hari ini, jenis minyak mentah yang bisa diolah di kilang Pertamina sangat terbatas, sekitar tiga persen dari minyak mentah dunia. "Hal ini yang menyebabkan harga yang tinggi karena supply and demand kurang seimbang," kata dia dalam rapat dengar pendapat Komisi VII DPR secara virtual, Senin (5/10).
Nicke mengatakan, untuk bisa menekan mahalnya harga minyak impor yang cocok dengan kilang Pertamina, saat ini perusahaan tengah melakukan modifikasi kilang eksisting atau Refinery Development Master Plan (RDMP) empat kilangnya. Perusahaan juga melakukan pembangunan dua kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR).
Keempat kilang RDMP adalah Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai. Sedangkan dua kilang baru adalah Tuban dan Bontang. Sayangnya, untuk pembangunan Kilang Bontang ditunda. Adapun total biaya yang dibutuhkan mencapai 48 miliar dolar AS.
Nicke mengatakan, dengan modifikasi kilang lama dan pembangunan kilang baru akan membuat minyak mentah yang bisa diolah lebih fleksibel. Dengan begitu, harga beli minyak impor lebih murah karena jenisnya banyak. Proyek pembaharuan kilang-kilang ini juga akan menaikkan kapasitas produksi dan mengurangi impor BBM.
"Dengan modernisasi kilang-kilang yang ada, akan memperbaiki fleksibilitas minyak mentah yang diolah. Dengan begitu, harga bisa kita tekan dan akan berpengaruh pada biaya produksi. Ujungnya, harga BBM akan tterjangkau," kata Nicke menjelaskan.