EKBIS.CO, WASHINGTON -- Asia Pasifik bersiap untuk pulih dari resesi terburuknya pada 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, perkiraan pertumbuhan wilayah Asia Pasifik telah diturunkan lagi, kali ini dari 1,6 persen menjadi -2,2 persen untuk tahun ini.
Namun menurut IMF, Asia Pasifik akan pulih hampir tujuh persen tahun depan. China akan memainkan peran besar dalam pertumbuhan kawasan ini tahun depan, dengan data terbaru menunjukkan pemulihan berkelanjutan setelah terjadi kelesuan ekonomi akibat wabah virus corona.
Tetapi masih banyak tantangan ketika negara-negara Asia Pasifik, termasuk India, Filipina, dan Malaysia, terus berjuang melawan infeksi Covid-19. "Dampaknya akan sangat dalam," kata IMF, menunjuk pada investasi yang lebih rendah yang akan berdampak besar pada pertengahan dekade ini, dilansir BBC, Kamis (22/10).
Tidak hanya dampak pandemi, ekonomi Asia Pasifik juga terpengaruh perang perdagangan AS-China dan meningkatnya permusuhan antara kedua negara adidaya ekonomi tersebut. Penjabat Direktur IMF untuk Asia dan Pasifik, Jonathan Ostry mengatakan, untuk kawasan yang sangat berorientasi ekspor, hal ini akan menjadi risiko besar di masa depan.
"Kami khawatir tentang pemisahan pusat teknologi utama, tidak hanya di China dan AS tetapi lebih luas. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya perdagangan teknologi tinggi yang mengarah ke produksi yang tidak efisien," kata Ostry.
Awal pekan ini, China merilis data kuartal Juli hingga September yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi 4,9 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. IMF memandang China sebagai sosok positif yang langka di lautan negatif.
Kabar baiknya, IMF mengharapkan kawasan Asia Pasifik tumbuh 6,9 persen pada 2021, tetapi ini bergantung pada banyak faktor, termasuk menahan laju sebaran virus corona.
"Dengan kebijakan yang tepat dan dukungan internasional saat dibutuhkan, mesin Asia dapat bekerja bersama lagi dan menggerakkan kawasan ini ke depan," kata Ostry.
Salah satu tantangannya adalah mendiversifikasi ekonomi Asia agar tidak terlalu bergantung pada ekspor, yang menurut IMF pekerjaan yang sedang berjalan.