Kamis 14 Jan 2021 05:40 WIB

Jack Ma dan Anomali China

Hurun Rich List menyebut ada 257 miliarder baru di China sepanjang 2020.

Red: Nidia Zuraya
Miliarder China Jack Ma
Foto:

Orientasi kapital dan pasar bebas juga terlihat saat China memproyeksikan pengaruhnya di dunia. China hampir tak tertarik mempromosikan ideologi komunisnya seperti dulu dilakukan Uni Soviet, sebaliknya fokus memburu akses-akses dan benefit ekonomi. Bahkan, konflik-konflik perbatasan dengan India dan Vietnam terlihat lebih menyangkut pada upaya memenuhi semacam ruang hidup atau lebensraum yang merupakan teori yang dikenalkan ilmuwan sosial Friedrich Ratzel dan kemudian diterapkan Jerman pada Perang Dunia Kedua, demi mencari akses ke sumber-sumber ekonomi.

Jumlah penduduk China yang sebanyak 1,4 miliar manusia atau 18 persen total penduduk dunia jelas bukan semata bonus demografi. Mereka harus terus disejahterakan, sementara industrinya yang lapar energi harus terus disangga agar roda ekonomi tidak mandek sehingga tidak mengganggu sistem politik dan sosial. Dan semua itu tak bisa dilakukan lewat pasar yang eksklusif, sebaliknya dengan pasar terbuka seperti diinisiasi Deng Xiaoping.

Namun interaksi pasar bebas bisa membuat aktor-aktor yang terlibat di dalamnya kian peka terhadap aspek-aspek penting pasar bebas seperti transparansi dan fairness, selain kesigapan beradaptasi dengan tantangan zaman yang ujungnya hampir selalu menuntut adanya inovasi. Ekonomi digital yang dikembangkan Jack Ma adalah contoh dari buah dari cepat beradaptasi dengan zaman.

Ini persoalan yang harus dihadapi “kapitalisme model China” kecuali pasar bebas mengecualikan transaksi ide dan pemikiran baru yang mungkin dianggap melenceng oleh otoritas. Dan hal seperti ini mustahil terjadi.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement