"Tentu pengaruhnya ke nilai emasnya saja, kan nanti jika ramai digunakan maka masyarakat banyak minta emas, harga emas akan naik juga," katanya.
Dari sisi tersebut keberlangsungan ekonomi tidak akan terganggu. Apalagi volume transaksi yang dilakukan itu masih kecil, jadi belum signifikan mempengaruhi sistem moneter dan keuangan nasional.
Irfan menyampaikan pendiri Pasar Muamalat perlu Zaim Saidi perlu diberikan kesempatan untuk menjelaskan praktik dinar dirhamnya. Karena praktik dinar dirham sebagai mata uang hingga saat ini tidak digunakan di negara mana pun.
"Yang pakai gold monetary system tidak ada, di negara yang pakai mata uang dinar dirham pun pakai uang kertas bukan emas," katanya.
Ia berharap aktivitas di Depok perlu menjadi sarana dialog bagi otoritas, dalam hal ini Bank Indonesia. Dijelaskan bahwa penggunaan sebagai mata uang tidak boleh, dan pelakunya perlu menyadari dan mengikuti ketentuan ulil amri saat ini.
Baca Juga: Daripada Dinar Dirham, Mata Uang Kripto Dinilai Lebih Bahaya
Irfan mengatakan dampak dari transaksi ini pun belum signifikan. Menurutnya, praktik kripto malah lebih bahaya dibandingkan dengan sistem barter dinar dirham.
"Kripto ini yang harus dikelola karena bisa menimbulkan risiko sistemik," katanya.